Pages

Saturday, November 06, 2010

Korban Tewas Bencana Mentawai Terdata 447 Orang

Korban Tewas Bencana Mentawai Terdata 447 Orang
Padang (ANTARA News) - Seiring masih berlangsungnya pencarian para korban, data terakhir menyebutkan bahwa korban tewas akibat bencana gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat, hingga Sabtu tercatat mencapai 447 orang.

Data jumlah korban tewas itu dirilis setelah pada hari ini sekitar pukul 16.00 WIB Tim SAR menemukan dua lagi jenazah korban.

Menurut Kabid.Penanggulangan Bencana BPBD Sumbar, Ade Edwar, memasuki hari ke 12 pascatsunami, warga yang belum ditemukan 57 orang.

Dia menyatakan, data korban tewas tersebut yang dihimpun oleh BPBD Mentawai selanjutnya dilaporkan kepada BPBD Sumbar.

"Setiap satu satu jam BPBD Mentawai memberikan laporan pada BPBD Sumbar mengenai data korban tewas dan warga hilang,"katanya.

Korban luka-luka yang dirawat di rumah sakit darurat dan Puskesmas Sikakap tercatat 173 orang luka berat dan 325 orang luka ringan. Jumlah warga Mentawai yang berada di tempat-tempat pengungsian sebanyak 15.353 jiwa.

Rumah penduduk yang mengalami rusak akibat diterjang tsunami sebanyak 517 unit rusak berat, sedang 204 unit rusak sedang. Gedung sekolah yang rusak enam unit.

Rumah Dinas 4 unit rusak berat, 2 unit Resort rusak berat yakni Resort Marcaroni dan Kateit, 1 unit kapal pesiar terbakar, 1 unit kapal pesiar rusak ringan.

Rumah Ibadah, 7 unit rusak berat, fasilitas umum yang rusak ketika terjadi gempa disusul Tsunami yakni jembatan 7 unit, jalan P2D rusak sepanjang 8 km.

Tim SAR masih melakukan pencarian terhadap warga yang hilang maupun korban tewas akibat gempa dan tsunami itu.

Selaian menjalani perawatan di rumah sakit darurat dan Puskesmas Sikakap, Mentawai, korban luka juga ada yang dirujuk ke rumah Sakit M Jamil Padang.

Korban yang menjalani perawatan di rumah sakit M Jamil Padang 13 orang. Satu orang korban atas nama Nelly dibolehkan pulang, satu Bayi lahir pascagempa dan tsunami dilaporkan meninggal dunia di rumah sakit itu.

(ANT-031/S026).

Gempa Membuat Pantai Barat Mentawai Terangkat

Mentawai (ANTARA News) - Gempa 7,2 SR Senin, 25 Oktober lalu selain menimbulkan gelombang tsunami juga telah menyebabkan daratan di pesisir Pantai Barat kepulauan itu terangkat menjadi lebih tinggi dari semula.

Gempa menyebabkan terangkatnya dataran di pesisir Pantai Barat Kepulauan Mentawai, kata Kepala Pusat Informasi Riset Bencana Alam, Kementerian Riset dan Teknologi RI, Dr Ir Pariatmono kepada ANTARA di Sikakap, Mentawai, Sabtu.

Jadi tidak benar, jika gempa besar di kepulauan ini bisa menyebabkan dataran pulau-pulau di gugusan Mentawai tenggelam, tegasnya.

Naiknya kawasan pesisir pantai Barat Mentawai pascagempa dan tsunami terlihat dari nampaknya terumbu karang di pantai yang sebelumnya terbenam.

Ia juga menyebutkan, gempa utama berkekuatan 7,2 SR dan gempa susulannya diharapkan mengurangi kekuatan gempa besar yang masih berpotensi terjadi di Mentawai.

Ia menyatakan hal ini berdasarkan kajian penelitian dengan ilmu teknologi yang dilakukan tim riset bencana alam Kementerian Riset dan Teknologi RI.

Kepulauan Mentawai diguncang gempa 7,2 SR pada Senin (25/10) menyebabkan 447 korban tewas dan 57 orang hingga kini masih hilang serta terus dicari tim SAR.

Sedangkan jumlah korban luka-luka berat yang masih dirawat di rumah sakit darurat dan Puskesmas Sikakap tercatat 173 orang dan yang luka ringan sebanyak 325.

Jumlah rumah rusak yang terdata sebanyak 516 unit dan rusak ringan 204 unit serta gedung sekolah yang rusak enam unit.

(H014/B013/S026)

Korban Tewas Erupsi Merapi 116 Orang

Laporan Terbaru, Korban Tewas Erupsi Merapi 116 Orang
Yogyakarta (ANTARA News) - Korban meninggal dunia akibat bencana erupsi Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah menurut laporan terakhir 116 orang.

"Korban meninggal dunia sebanyak itu berasal dari satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan tiga kabupaten di Jawa Tengah (Jateng)," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif di Yogyakarta, Sabtu.

Syamsul Maarif melaporkan hal itu usai rapat kabinet terbatas tentang tanggap darurat bencana Merapi yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta.

Menurut dia, satu kabupaten di DIY adalah Sleman dengan korban meninggal dunia sebanyak 104 orang, sedangkan tiga kabupaten di Jateng yaitu Magelang, Boyolali, dan Klaten masing-masing tujuh, tiga, dan dua orang.

"Selain korban meninggal dunia, juga ada korban luka-luka yang berjumlah 218 orang. Di Sleman ada 147 orang, Klaten 57 orang, dan Magelang 14 orang, sedangkan di Boyolali belum ada laporan korban luka-luka akibat erupsi Merapi," katanya.

Ia mengatakan, pengungsi korban bencana erupsi Merapi mencapai 198.000 orang, meliputi Sleman sebanyak 56.000 orang, Kabupaten Magelang (62.000), Kota Magelang (2.000), Klaten (40.000), dan Boyolali (30.000).

"Tempat pengungsian selama ini selalu berubah karena menyesuaikan situasi dan kondisi yang ada. Penempatan pengungsi di Stadion Maguwoharjo Sleman cukup memadai, karena bisa menampung sekitar 30.000 orang, dan mereka dapat terpenuhi kebutuhannya secara layak," katanya.

Menurut dia, langkah yang akan diambil BNPB dalam waktu dekat adalah memenuhi kebutuhan air bersih, mandi, cuci, dan kakus (MCK), tikar, selimut, dan tenda.

"Para pengungsi ketika mengungsi ke radius 20 kilometer dari puncak Merapi meninggalkan barang seperti tikar, selimut, dan tenda, sehingga di tempat pengungsian yang baru kebutuhan itu harus dipenuhi," katanya.

Ia mengatakan, masyarakat diminta tetap berada di lokasi pengungsian karena status Merapi masih awas. Anggota TNI dan Polri akan tetap melakukan patroli seperti biasa di titik-titik rawan untuk mencegah pengungsi kembali ke rumah.

"Kami juga akan membangun sistem informasi terpusat yang dibantu relawan Forum Risiko Bencana (FRB) sebanyak 380 orang untuk memudahkan arus informasi," katanya.

(ANT/S026)

Ringkasan - Desa Lereng Merapi Menjadi "Kampung Mati"

Semarang (ANTARA News) - Gelombang eksodus warga dari berbagai kawasan rawan bencana letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah menjadikan puluhan desa di lereng gunung itu sunyi, seperti "kampung mati" tak bertuan.

Tak ada suara ternak yang biasanya memecah kesunyian pedesaan, juga tak ada aktivitas penduduk yang sehari-hari bekerja sebagai petani dan peternak. Jalan-jalan di desa-desa itu sunyi, tanpa ada lalu lalang warga. Suara anak-anak juga sudah berpindah ke lokasi pengungsian.

Hingga Sabtu pengungsi terus berdatangan di pos penngungsian dan kantor pemerintah Kabupaten Boyolali, Klaten, dan Kabupaten Magelang yang disulap menjadi lokasi pengungsian.

Merapi, gunung berapi teraktif di Indonesia, sampai Sabtu pukul 11.00 WIB masih mengeluarkan gemuruh, yang suaranya terdengar jelas dari jarak sekitar 20 kilometer dari puncak gunung itu.

Belasan desa yang sepi ditinggal penghuninya itu di Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, ada 13 desa yang hampir 80 persen penduduknya mengungsi ke tempat yang lebih aman dari jangkauan letusan Merapi.

Seperti di Desa Balerante, Bawukan, Keputran, dan Panggung situasinya sekarang seperti "desa hantu" karena banyak debu vulkanik berterbangan dan pohon-pohon pada roboh terkena letusan Merapi.

Selain itu, puluhan desa di Kabupaten Magelang dan Boyolali juga sudah ditinggalkan warganya yang mencari lokasi aman dari letusan Merapi.

Ketebalan abu vulkanik dari muntahan Merapi yang mengguyur di daerah tersebut minimal mencapai 10 centimeter.

Kepala Desa Keputran, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Wuryanto Nugroho, mengatakan jumlah penduduk yang ada didaerahnya tercatat 3.053 jiwa dan sebagian besar juga ikut mengungsi akibat letusan Merapi.

"Warga Keputran yang mengungsi akibat letusan Gunung Merapi baru pertama kali ini, sebelumnya setiap Merapi meletus juga tidak sebesar ini," kata Wuryanto Nugroho.

Sementara jumlah pengungsi akibat meletus Gunung Merapi di daerah perbatasan antara Jawa Tengah (Jateng)-Jogjakarta yang ditampung di lokasi pengungsian Klaten mencapai 40 ribu jiwa.

Kabag Humas Kabupaten Klaten Sugeng Haryanto, Sabtu, mengatakan sebanyak 40 ribu lebih pengungsi itu berasal dari Kabupaten Boyolali, Klaten, Jawa Tengah dan Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta, tersebar di 100 titik pengungsian. Untuk pengungsi yang ditempatkan di kompleks perkantoran Kabupaten Klaten dan Gedung DPRD Klaten saja mencapai 8.100 orang.

Puluhan ribu lebih pengungsi yang tersebar di 100 titik lokasi pengungsian itu rencananya mulai Sabtu (6/11) akan ditempatkan menjadi satu lokasi, utamanya yang berada di rumah-rumah penduduk.

"Untuk korban jiwa sampai sekarang belum punya data yang pasti, mudah-mudahan tidak ada korban jiwa," katanya.

Dari Magelang dilaporkan sebagian warga lereng barat puncak Gunung Merapi yang mengungsi terutama di beberapa tempat di Muntilan, Kabupaten Magelang, pulang ke rumahnya hanya sebentar untuk kemudian kembali ke penampungan di kota kecamatan itu, Sabtu.

"Hanya pulang untuk mengambil pakaian dan menengok rumah, memberi makan sapi," kata Kisno, warga Dusun Gemer, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun yang mengungsi di salah satu penampungan di Muntilan.

Seorang warga Dusun Tangkil, Desa Ngargomulyo, Setiyo, mengatakan, pulang ke rumah bersama isterinya untuk mengambil pakaian dan surat-surat penting untuk selanjutnya kembali ke pengungsian di Muntilan.

"Kemarin tidak sempat membawa pakaian ganti dan surat-surat penting, tetapi hanya sebentar pulang, sekitar satu jam, ini akan kembali ke Muntilan lagi," katanya ketika ditemui di Dusun Windusari, Desa Ngargomulyo.

Berbagai kawasan setempat tertutup abu vulkanik dampak semburan awan panas Merapi selama beberapa hari terakhir. Hingga sekitar pukul 11.00 WIB puncak Merapi terlihat dari cek dam Tangkil Desa Ngargomulyo, sekitar 6,5 kilometer barat puncak gunung yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dengan Daerah Istimewa Yogyakarta itu.

Merapi terlihat menyemburkan awan panas terus menerus secara vertikal. Sesekali terlihat kilat yang juga disebut oleh warga setempat sebagai "thathit" dari awan panas itu. Suara geluduk di langit juga terdengar sesekali di kawasan setempat.

"Semburan awan panas Merapi sekarang secara vertikal," kata Petugas Pengamatan Gunung Merapi secara bergerak dari kawasan barat, Yulianto.

Begitu juga di Taman Wisata Candi Borobudur ditutup total untuk sementara bagi wisatawan menyusul hujan abu vulkanik hasil semburan awan panas Gunung Merapi akhir-akhir ini yang menutupi kawasan tersebut.

Kepala Unit Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB), Pujo Suwarno, di Magelang, Sabtu, mengatakan mulai Jumat (5/10) pukul 10.00 WIB objek wisata Candi Borobudur ditutup sementara.

"Saat ini kawasan candi kembali tertutup abu vulkanik setelah menjalani proses pembersihan sebelumnya menyusul terjadi hujan abu dua hari berturut-turut pada Rabu dan Kamis lalu," katanya.

Ia belum bisa memastikan kapan Candi Borobudur akan dibuka kembali secara normal, karena erupsi Merapi hingga sekarang masih terjadi.

Tolak Zona Aman

Sementara Bupati Boyolali Seno Samudro mengatakan, dirinya menolak zona aman yang ditetapkan Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) sejauh 20 kilometer karena dirinya memiliki prosedur tersendiri penanganan pengungsi akibat erupsi Gunung Merapi.

"Kalau suruh mengungsi kami siap tetapi kalau ada pembatasan zona aman tentu saja kami tidak setuju karena justru membuat masyarakat menjadi panik," katanya pada wartawan di Boyolali, Sabtu.

Menurut dia, tidak perlu ada pembatasan delapan kilometer, 15 kilometer, atau 20 kilometer, mengingat kalau sudah merasa keamananannya terancam pasti masyarakat akan mengungsi ke tempat aman.

Ia mengatakan, dirinya sudah memiliki prosedur tetap penanganan pengungsi dan itu yang dilakukan untuk mengatasi pengungsi daerahnya.

"Kami tidak melakukan penjemputan masyarakat yang lereng Gunung Merapi secara paksa karena mengungsi adalah hak mereka. Kalau dipaksa tetapi tidak mau, ya terserah mereka saja," katanya.

Ditanya tentang jumlah pengungsi dari Kabupaten Boyalali, dia mengatakan, sampai Jumat (5/11) malam mencapai 33.400 orang, tetapi sampai Sabtu pagi bertambah dan kini sudah mencapai 40 ribu orang.

"Kami bantu sekuat tenaga untuk meringankan beban pengungsi dan kami tidak membatasi mereka mengungsi sampai kapan, yang terpenting kondisi aman terlebih dulu," katanya.

Dari RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro dilaporkan, korban luka akibat letusan Gunung Merapi terus berdatangan dan hingga Sabtu pagi, 117 korban luka bakar mendapat perawatan di rumah sakit ini.

Staf Bagian Bumas RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro, Rita Atmi menjelaskan korban luka masih didominasi warga asal Kecamatan Kemalang, Klaten, dan Kecamatan Cangkringan, Sleman, D.I. Yogyakarta.

Beberapa korban yang masuk pada Jumat malam, kata Rita, berasal dari Kecamatan Manisrenggo, Klaten.

Hampir 50 persen dari jumlah korban, urainya, mengalami luka bakar hingga mencapai 60 persen dari bagian tubuh. Mereka menjalani perawatan intensif di ruang perawatan khusus korban Merapi dan beberapa bangsal ruang inap lainnya.

Sedangkan di RSUD Pandanaran Kabupaten Boyolali, Jateng, sebanyak 60 pengungsi dirawat di rumah sakit ini karena terganggu kesehatannya akibat erupsi Gunung Merapi.

Kepala Bagian Umum RSUD Pandanaran Edy Kristawan didampingi Kepala Bagian Hukum, Humas, dan Satuan Informasi Masyarakat Sri Wibowo di Boyolali, Sabtu, mengatakan, jumlah ini meningkat dibanding hari sebelumnya sebanyak 48 orang.

Menurut dia, tidak ada pasien yang mengalami luka bakar akibat awan panas Merapi tetapi sebagian besar menderita gangguan saluran pernapasan, diare, dan demam.

"Kami tidak tahu apakah mereka datang langsung dari rumah atau sudah beberapa hari berada di tempat pengungsian, yang pasti mereka datang ke sini dan minta pengobatan, sudah pasti kami berikan," katanya.

Sementara Tim "Search and Rescue" Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, belum dapat mengevakuasi korban erupsi Gunung Merapi di beberapa desa di kawasan rawan bencana karena kondisi gunung tersebut masih tidak pasti.

"Keselamatan tim evakuator menjadi pertimbangan utama untuk melakukan pencarian korban di lereng Merapi," kata Sekretaris Umum SAR Klaten Deni Nur Indragani di Klaten, Sabtu.

Pelaksanaan evakuasi, kata dia, akan diinstruksikan langsung oleh Komando Distrik Militer 0723 Klaten dengan pertimbangan pemantauan aktivitas Merapi oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral .

"Hingga saat ini belum ada instruksi terkait pelaksanaan waktu evakuasi karena aktivitas Merapi masih belum dapat diprediksi dan masih ada kemungkinan terjadi erupsi dalam waktu dekat," katanya.

Bantuan Luar Negeri

Untuk memenuhi kebutuhan puluhan ribu pengungsi akibat letusan Gunung Merapi, bantuan terus berdatangan dari para dermawan baik swasta maupun pemerintah, sehingga bantuan dari luar negeri menurut Ketua Umum Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla, belum diperlukan.

"Pemerintah dan PMI masih sanggup memenuhi kebutuhan pengungsi," kata Jusuf Kalla beserta rombongan PMI saat tiba di Bandara Ahmad Yani Semarang, Sabtu.

Ia mengatakan, sampai saat ini pihaknya tidak meminta bantuan dari luar negeri, namun juga tidak menolak kalau ada pihak yang memberikan bantuan.

"Kami akan coba penuhi semua kebutuhan pengungsi seperti bahan makanan dan obat-obatan," ujar mantan Wakil Presiden Respublik Indonesia itu.

Dalam kesempatan tersebut, Jusuf Kalla kembali menegaskan bahwa dirinya telah menginstruksikan jajaran PMI Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah untuk memborong semua roti di Kota Yogyakarta, Klaten, Magelang, dan Boyolali.

"Setiap hari ada sekitar 50 ribu roti yang diberikan langsung kepada pengungsi di tempat-tempat pengungsian agar tidak kelaparan," katanya.

Ia mengatakan, PMI juga telah mendirikan lima instalasi air yang dipusatkan di Pakem, Kaliurang Yogyakarta untuk kebutuhan air bersih ribuan pengungsi.

"Selain itu, hari ini kami telah memberikan bantuan berupa empat mobil gunung untuk membantu evakuasi warga yang berada di lokasi yang sulit dijangkau," ujarnya.

Sementara Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia akan membentuk tim pemantau untuk mengawasi pelaksanaan tanggap darurat bencana Gunung Merapi.

Ketua Komisi VIII DPR RI Abdul Kardir Karding, di Magelang, Sabtu, mengatakan, tim akan bertugas memantau dan memastikan tanggap darurat terlaksana dengan baik.

Saat mengunjungi pengungsian di Darul Arqam Muntilan, Kabupaten Magelang, bersama dua anggota Komisi VIII Nia Amania dan M Oheo Sinapoy, Abdul Kadir mengatakan, tim itu akan bertugas memantau dan memastikan tanggap darurat terlaksana dengan baik.

Menurut dia, tim tersebut baru akan efektif setelah rakor dengan Badan Nasional Penanggulangan Becana (BNPB) dan beberapa Kementerian Senin (8/11).

"Tim dibagi dalam tiga posko, yakni di Sleman, Magelang, dan Klaten, dengan koordinator tim saya di Magelang," katanya.

Dalam kunjungan tersebut, ketiga wakil rakyat tersebut menemukan sebanyak 370 pengungsi dari Desa Banyudono, Dukun, dan Ngadipuro di Kecamatan Dukun selama tiga hari belum mendapatkan logistik dari pemkab setempat.

Untuk keperluan makan dan minum, selama ini pengungsi hanya mengandalkan bantuan dari warga sekitar.

"Kami belum menerima logistik, karena belum terdata. Kami dianggap pengungsi liar. Padahal, kami benar-benar mengungsi," kata seorang pengungsi Widoyo.

Mengetahui hal tersebut, dia mengatakan seharusnya prosedur dan birokrasi, dikesampingkan dulu.

(M028/A030/S026)

Polisi Gugur Terkena Awan Panas Merapi

Yogyakarta (ANTARA News) - Seorang anggota polisi Unit Reserse dan Kriminal Kepolisian Sektor Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, meninggal dunia akibat letusan awan panas Gunung Merapi pada Jumat (5/11) dini hari.

Menurut Kepala Bagian Hukum dan Humas Rumah Sakit (RS) Sardjito Yogyakarta Trisno Heru Nugroho, Sabtu, polisi yang menjadi korban letusan awan panas vulkanik Gunung Merapi adalah Brigadir Dua (Bripda) Ruslani yang tercatat sebagai anggota Unit Reskrim Polsek Cangkringan, Kabupaten Sleman.

"Korban berhasil diidentifikasi karena jari tangan masih lengkap, membawa kartu identitas, termasuk telepon genggam korban yang masih utuh. Korban merupakan satu dari 11 jenazah korban letusan awan panas vulkanik Gunung Merapi yang berhasil diidentifikasi. Jumlah total meninggal dunia 81 orang," katanya.

Saat kejadian, semua anggota polsek dikerahkan untuk membantu pengevakuasian warga, termasuk Ruslani . Namun, karena anak dan istrinya masih berada di Dusun Bronggang, Kelurahan Argomolyo, Kecamatan Cangkringan, maka Ruslani langsung menuju ke dusun untuk mengevakuasi keluarganya.

Dusun Bronggang merupakan lokasi terparah terkena dampak letusan awan panas vulkanik yang dimuntahkan gunung yang letaknya di perbatasan antara Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Korban meninggal dunia akibat letusan awan panas vulkanik Gunung Merapi hingga Sabtu, pukul 11.55 WIB, yang berada di instalasi Forensik Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta bertambah lima orang sehingga menjadi 81 orang.

Korban meninggal dunia di Rumah Sakit (RS) Sardjito Yogyakarta bertambah lagi lima orang dari sebelumnya 76 orang sehingga menjadi 81 orang, sebanyak 11 korban di antaranya berhasil diidentifikasi.

Kepala Bagian Hukum dan Humas RS Sardjito Yogyakarta Trisno Heru Nugroho mengatakan RS Sardjito Yogyakarta hingga kini merawat sebanyak 104 korban dari sebelumnya 111 korban luka bakar letusan awan panas vulkanik Gunung Merapi karena tujuh orang sudah pulang ke rumahnya masing-masing.
(B015*E013/M008)

Abu Merapi Guyur Salatiga

Sabtu, 6 November 2010 14:04 WIB
Abu Merapi Mulai Menyelimuti Kota Salatiga

Salatiga (ANTARA News) - Abu vulkanik dari Gunung Merapi mulai mengguyur seluruh Kota Salatiga dan sebagian Kabupaten Semarang, Jawa Tengah sejak Sabtu pagi.

Berdasarkan pantauan di wilayah Salatiga, Sabtu, abu vulkanik itu nampak menempel di jalan-jalan dan kendaraan warga yang diparkir maupun yang melintas di daerah tersebut, genteng di rumah-rumah warga juga memulai memtutih. Daun-daunan yang ada di Salatiga juga memutih terkena abu vulakanik tersebut.

Abu Vulkanik itu merata di seluruh Salatiga, Jalan-jalan di Kota Salatiga juga terlihat licin, karena turunnya abu pada sabtu siang ini dibarengi dengan hujan.

Sedangkan di Kabupaten Semarang yang sudah mulai terkena Abu Vulkanik Gunung Merapi adalah di Kecamatan Getasan, Kaliwungu, Tuntang, Banyubiru, Ambarawa, dan Bawen.

Sebagaian warga sudah mulai mengenakan masker untuk menghindari abu vulkanik tersebut, Dinas Kesehatan Kota Salatiga juga membagi 1.500 masker, tapi kebutuhan itu belum mencukupi. Sebagian warga membeli masker yang dijual eceran oleh pedagang.

Puluhan apotik dan toko besi yang menjual masker sejak pagi hingga, Sabtu pukul 10.15 WIB diserbu pembeli yang rata-rata ibu rumah tangga dan para pengedara motor. Para pengendara motor menggunakan masker untuk melindungi bahaya abu vulkanik Merapi tersebut.

Warga Tingkir Kota Salatiga, Sumaryono mengatakan, akibat terjadi hujan abu tersebut, dirinya merasa terganggu dalam beraktifitas, karena tidak bisa bernafas dengan bebas. Ia khawatir jika abu terhirup bisa mengganggu kesehatan.

"Saya langsung membeli masker begitu hujan debu mulai terasa di Salatiga," katanya.

Sementara itu, kawasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, yang terletak di lereng Gunung Merbabu juga terkena kiriman abu vulkanik dari Gunung Merapi dengan ketebalan mencapai 0,5 Cm.

Warga Getasan Kabupaten Semarang, Suradi (46) mengatakan, abu vulkanik itu turun di daerah tersebut sejak Sabtu dini hari.
(ANT/A024)

Merapi Keluarkan Awan Panas, Evakuasi Dihentikan

Merapi Keluarkan Awan Panas, Evakuasi Dihentikan
Beberapa pengungsi kembali berpindah menuju tempat lebih aman menggunakan kendaraan truk saat melintas di ruas jalan Muntilan-Magelang, Jawa Tengah, Jumat (5/11). (ANTARA/Wihdhan Hidayat)

Sleman (ANTARA News) - Evakuasi korban lahar panas letusan Gunung Merapi di Dusun Gading, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Sabtu dihentikan sementara karena Gunung Merapi kembali meluncurkan lahar dan awan panas.

Evakuasi yang dilukan Relawan Gabungan dari Batalyon Infanteri (Yonif) 403 WP Yogyakarta, Satrimobda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), SAR DIY serta FKPPI terpaksa tersebut langsung dihentikan begitu awan panas kembali keluar ke arah timur dan mengarah ke Sungai Gendol.

"Kami terpaksa menghentikan evakuasi korban karena sejumlah relawan berada hanya sekitar 50 meter dari tepi Sungai Gendol di Dusun Gading," kata Koordinator Tim EvakuasiDari Satbrimobda DIY Susilo.

Ia mengatakan, pihaknya terus memantau informasi melalui radio "Handy Talki" (HT) untuk mengetahui setiap perkembangan yang terjadi di Gunung Merapi.

"Sinyal HT akan berbunyi kencang jika Merapi mengeluarkan awan panas, ini yang menjadi patokan bagi kami dalam menjalankan tugas di lapangan, saat para relawan sedang mengevakuasi tadi tiba-tiba sinyal berbunyi keras sehingga teman-teman langsung saya minta turun ke lokasi yang lebih aman," katanya.

Susilo mengatakan, awan panas muncul sekitar pukul 08.44 WIB dan sampai pukul 11.00 WIB masih belum berhenti sehingga diputuskan untuk menghentikan evakuasi.

"Evakuasi kami tunda dulu sementara, dan nanti jika kondisi telah memungkinkan evakuasi akan dilanjutkan. Kemungkinan masih ada banyak korban tewas karena belum semua rumah dievakuasi," katanya.
(ANT/A024)

Boyolali Tolak Zona Aman 20 Kilometer

Boyolali Tolak Zona Aman 20 Kilometer
Boyolali (ANTARA News) - Bupati Boyolali Seno Samudro menolak zona aman yang ditetapkan Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) sejauh 20 kilometer.

Alasannya, ia memiliki prosedur tersendiri penanganan pengungsi akibat erupsi Gunung Merapi.

"Kalau suruh mengungsi kami siap tetapi kalau ada pembatasan zona aman tentu saja kami tidak setuju karena justru membuat masyarakat menjadi panik," katanya pada wartawan di Boyolali, Sabtu.

Menurut dia, tidak perlu ada pembatasan delapan kilometer, 15 kilometer, atau 20 kilometer, mengingat kalau sudah merasa keamananannya terancam pasti masyarakat akan mengungsi ke tempat aman.

Ia mengatakan, dirinya sudah memiliki prosedur tetap penanganan pengungsi dan itu yang dilakukan untuk mengatasi pengungsi daerahnya.

"Kami tidak melakukan penjemputan masyarakat yang lereng Gunung Merapi secara paksa karena mengungsi adalah hak mereka. Kalau dipaksa tetapi tidak mau, ya terserah mereka saja," katanya.

Ditanya tentang jumlah pengungsi dari Kabupaten Boyalali, dia mengatakan, sampai Jumat (5/11) malam mencapai 33.400 orang, tetapi sampai Sabtu pagi bertambah dan kini sudah mencapai 40 ribu orang.

"Kami bantu sekuat tenaga untuk meringankan beban pengungsi dan kami tidak membatasi mereka mengungsi sampai kapan, yang terpenting kondisi aman terlebih dulu," katanya.

Menyinggung soal permasalahan yang dihadapi pengungsi, dia mengatakan, pengungsi mengeluhkan soal keterbatasan tempat mandi, Cuci, dan Kakus (MCK).

"Kita akan siapkan yang sifatnya tidak permanen karena kalau membuat baru atau representatif tentunya memerlukan waktu yang lama," katanya.

Soal dampak perekonomian akibat erupsi Gunung Merapi yang berada pada ketinggian 2.968 meter di atas permukaan air laut tersebut, dia mengatakan, yang jelas pasokan sayuran dari Kabupaten Boyolali ke beberapa daerah sekitarnya seperti Surakarta menjadi terhambat.

Dia mengatakan, selama arus pengungsian akibat erupsi Merapi ini, sudah terjadi aksi pencurian perangkat komputer di beberapa sekolah di Kecamatan Selo dan Cepogo.

"Saya mendapat laporan dari petugas bahwa ada aksi pencurian terhadap komputer milik sekolah di sana, soal jumlahnya saya belum bisa menyebutkan," katanya.

Terlepas dari itu, kata dia, dirinya menyayangkan aksi tersebut karena di saat kondisi seperti ini masih saja masyarakat yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.

"Saya harapkan jangan mencuri," katanya.
(ANT/A024)

Tujuh Dusun di Kepuharjo Luluh Lantak

Tujuh Dusun di Kepuharjo Luluh Lantak
Sleman (ANTARA News) - Tujuh dusun di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman luluh lantak diterjang lahar panas Gunung Merapi yang meluap dari Sungai Gendol.

"Tujuh dusun saat ini sudah lantak diterjang lahar panas selama dua hari Jumat (5/11) dan Sabtu hari ini," kata Kepala Desa Kepuharjo Heri Suprapto, di Satdion Maguwoharjo, Depok, Sleman Sabtu.

Menurut dia, tujuh dusun yang luluh lantak tersebut adalah Dusun Kaliadem, Jambu, Petung, Kopeng dan Dusun Batur.

"Sedangkan satu dusun lagi yakni Pager Jurang hampir separuhnya luluh lantak termasuk area `Merapi Golf` yang rusak di sisi utara atau sekitar `Hole 16` dan `Hole 17`," katanya.

Ia mengatakan, sedangkan untuk korban jiwa di Desa Kepuharjo diperkirakan hanya tiga orang karena hampir semua warga telah mengungsi saat kejadian letusan Gunung Merapi.

"Kalaupun ada korban jiwa kemungkinan besar hanya tiga orang yakni satu orang penderita stroke, satu orang yang mengalami gangguan jiwa dan satu orang kakek yang bertahan tidak mau mengungsi saat dievakuasi," katanya.

Heri mengatakan, ketiga orang tersebut saat ini belum diketahui nasibnya apakah selamat atau tewas menjadi korban lahar panas.

"Kami belum tahu jelas nasib tiga orang tersebut karena sampai saat ini evakuasi belum dapat dilakukan karena kondisi lahar masih sangat panas. Apalagi hari ini masih terjadi letusan yang mengakibatkan Dusun Petung luluh lantak," katanya.

Ia mengatakan, untuk korban ternak sapi diperkirakan mencapai sekitar 4.000 ekor karena dari sekitar 902 kepala keluarga (KK) semuanya memelihara sapi yang lebih dari dua ekor.

"Jumlah warga di Desa Kepuharjom ini jauh lebih sedikit dari jumlah ternak sapi perah," katanya.
(ANT/A024)

RSUP Klaten Rawat 117 Korban Merapi

RSUP Klaten Rawat 117 Korban Merapi
Klaten (ANTARA News) - Rumah Sakit Umum Pusat dr Soeradji Tirtonegoro Klaten Jawa Tengah, hingga Sabtu pagi, merawat 117 pasien akibat letusan Gunung Merapi.

"Para korban luka masih terus berdatangan hingga Jumat malam dan pagi ini," kata staf bagian hubungan masyarakat (humas) RSUP Soeradji Tirtonegoro, Rita Atmi, di Klaten, Sabtu.

Dia menjelaskan korban luka masih didominasi warga asal Kecamatan Kemalang, Klaten, dan Kecamatan Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta.

Beberapa korban yang masuk pada Jumat malam, kata Rita, berasal dari Kecamatan Manisrenggo, Klaten.

Hampir 50 persen dari jumlah korban mengalami luka bakar hingga stadium 60 persen dan menjalani perawatan intensif di ruang perawatan khusus korban Merapi dan beberapa bangsal ruang inap lainnya.

Dua orang korban luka mengalami luka bakar 80 persen sementara seorang lainnya mengalami luka bakar 90 persen dan dirawat di ruang "intensive care unit" (ICU).

Tidak hanya karena luka bakar, Rita mengatakan para korban mengalami luka-luka karena kecelakaan saat proses evakuasi dan infeksi saluran pernapasan akut.

Hingga saat ini, lanjut dia, RSUP dr Soeradji Tirtonegoro masih menyiagakan belasan tempat tidur untuk para korban erupsi Merapi karena proses evakuasi di beberapa desa yang terkena dampak langsung awan panas Merapi pada Jumat dini hari, masih terus berlangsung.
(ANT/A024)

Merapi Renggut Nyawa 71 Orang

Merapi Renggut Nyawa 71 Orang
Yogyakarta (ANTARA News) - Korban meninggal dunia akibat letusan awan panas vulkanik Gunung Merapi pada Jumat dini hari yang hingga Sabtu, pukul 09.00 WIB berada di instalasi Forensik Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta bertambah dua orang sehingga menjadi 71 jiwa.

"Korban meninggal dunia di Rumah Sakit (RS) Sardjito Yogyakarta bertambah lagi dua orang dari sebelumnya 69 orang sehingga menjadi 71 orang, sedangkan yang luka bakar berat sebanyak 66 orang," kata Kepala Bagian Hukum dan Humas RS Sardjito Yogyakarta Trisno Heru Nugroho, di Yogyakarta, Sabtu.

Ia mengatakan RS Sardjito Yogyakarta hingga kini merawat sebanyak 66 korban dari sebelumnya 77 korban luka bakar letusan awan panas vulkanik Gunung Merapi pada Juma (5/11) dini hari karena sisa korban sudah pulang ke rumahnya masing-masing.

Menurut dia, kondisi 66 korban luka bakar akibat letusan awan panas Gunung Merapi hingga kini masih dalam kondisi kritis sehingga perlu penanganan intensif karena luka bakarnya mencapai 50 persen. "Kami akan berusaha seoptimal mungkin untuk merawat para korban," katanya.

Ia mengatakan kekurangan alat bantu pernapasan di RS Sardjito Yogyakarta kini sudah teratasi sehingga bisa membantu kalangan penderita luka bakar tingkat berat ini dapat ditangani dengan baik.

"Sebanyak 75 persen korban menderita luka bakar, termasuk saluran pernapasan korban juga ikut terbakar. Mereka sulit bernapas sehingga membutuhkan alat bantu pernapasan," katanya.

Anggota Tim Dokter Disaster Victim Identification (DVI) Kompol Agung Hadi Wijanarko di Yogyakarta mengatakan kemungkinan jumlah korban akibat letusan Gunung Merapi masih bisa bertambah mengingat ada sebagian lokasi belum dijangkau tim SAR, TNI, Polri, dan relawan akibat lahar yang masih panas. "Saya yakin korban akan terus bertambah," kata dia.

Ia mengatakan korban meninggal dunia dan luka bakar berat merupakan warga Kecamatan Cangkringan yang letaknya 15 kilometer dari Gunung Merapi. "Saat terjadi letusan pukul 00.40 WIB mereka masih tertidur nyenyak," katanya

"Kami meminta kalangan masyarakat yang mempunyai keluarga di Cangkringan agar datang ke RS Sardjito Yogyakarta untuk membantu mengidentifikasi korban dengan memberikan data-data sekunder karena jika tanpa ada data-data sekunder, maka tim forensik akan kesulitan mengetahui identitas korban," katanya.
(ANT/A024)

Merapi Masih Semburkan Awan Panas

Merapi Masih Semburkan Awan Panas
Yogyakarta (ANTARA News) - Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu, masih menyemburkan awan panas. Warga diminta tetap meningkatkan kewaspadaan.

"Gunung Merapi masih terus menerus menyemburkan awan panas sehingga masih dalam status awas," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral Surono, di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, Gunung Merapi hingga kini masih menyemburkan awan panas, sedangkan aktivitas kegempaan sejak Jumat (5/11) pukul 00.00 WIB hingga Sabtu (6/11) pukul 00.00 WIB nihil, baik gempa vulkanik, multiphase dan low frekuensi. Absennya jenis-jenis gempa tersebut digantikan munculnya gempa tremor dan gempa guguran yang berlangsung secara berkesinambungan.

Dari pengamatan visual, petugas di semua pos pengamatan Gunung Merapi melaporkan sejak Jumat (5/11) pukul 19:00 WIB hingga Sabtu (6/11) pukul 00.00 Gunung Merapi tertutup kabut. Mereka hanya mampu mendengar suara gemuruh dari puncak Merapi. Suara tersebut terdengar jelas dari jarak lebih dari 20 km.

Aktivitas Gunung Merapi masih berintensitas tinggi. Untuk itu status masih tetap dipertahankan pada level IV atau awas Merapi dan awas lahar. Wilayah aman bagi pengungsi Merapi masih berada di luar radius 20 km dari puncak Gunung Merapi.
(ANT/A024)

Erupsi Merapi, Boyolali Diguyur Hujan


Boyolali (ANTARA News) - Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu, diguyur hujan abu akibat erupsi Gunung Merapi yang berada di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dengan DI Yogyakarta.

Hujan abu yang mengguyur kota ini terjadi sejak pukul 03.00 WIB dan hingga saat ini masih terus berlangsung meskipun intensitasnya ringan,

Akibatnya jalanan dan atap rumah serta pohon tertutup abu vulkanik gunung yang berada pada ketinggian 2.968 meter di atas permukaan air laut tersebut.

Hampir semua kendaraan baik sepeda motor maupun kendaraan roda empat yang lalu lalang d jalanan kota ini harus menyalakan lampunya karena jarak pandangnya tidak terlalu jauh.

Penduduk Kelurahan Gedangan Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyoali, mengatakan, hujan abu paling deras terjadi dari pukul 03.00 hingga 07.00 WIB.

Meskipun saat ini intensitasnya berkurang, akibat abu yang menempel di jalanan dan saat ada kendaraan yang lewat beterbangan ke mana-mana sehingga menghalangi jarak pandang pengguna jalan.

Sementara itu akibat hujan abu ini, beberapa sekolah mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga SMA meliburkan para siswanya.
(ANT/A024)

Sedimen Lumpur Code Mulai Berkurang

Sabtu, 6 November 2010 07:50 WIB


Yogyakarta (ANTARA News) - Sedimen lumpur hasil endapan material vulkanik Gunung Merapi yang terbawa hingga Sungai Code pada Sabtu pagi mulai berkurang karena hujan yang mengguyur Kota Yogyakarta sepanjang malam.

"Hujan yang cukup semalam, dan tidak disertai hujan deras di wilayah Merapi membuat sedimen lumpur di Sungai Code sudah terbawa air," kata Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto melalui pesan singkat telepon selular di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, dengan terbawanya sedimen lumpur di Sungai Code oleh air hujan tersebut, membuat dampak positif yaitu bertambah dalamnya sungai sekitar satu meter.

Turunnya kedalaman sungai yang berhulu di Kali Boyong tersebut akan membuat kapasitas sungai bertambah besar.

Sebagai sungai yang memiliki hulu di Gunung Merapi, sungai Code sangat potensial dilintasi material-material vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi.

Pada Jumat (5/11), Pemerintah Kota Yogyakarta telah menyiapkan 58 lokasi evakuasi bagi warga masyarakat yang tinggal di bantaran sungai karena kota tersebut dilintasi tiga sungai cukup besar yaitu Code, Winongo dan Gadjah Wong.

Kecamatan-kecamatan di Kota Yogyakarta yang dilintasi sungai meliputi Kecamatan Jetis, Kecamatan Gondomanan, Kecamatan Mergangsan, Kecamatan Gondokusuman, Kecamatan Pakualaman, Kecamatan Umbulharjo, Kecamatan Tegalrejo dan Kecamatan Mantrijeron.

Sedangkan kelurahan yang dilintasi sungai adalah Kelurahan Karangwaru, Kelurahan Cokrodiningratan, Kelurahan Gowongan, Kelurahan Suryatmajan, Kelurahan Ngupasan, Kelurahan Prawirodirjan, Kelurahan Keparakan, Kelurahan Brontokusuman, Kelurahan Terban, Kelurahan Kotabaru, Kelurahan Tegalpanggung, Kelurahan Purwokinanti , Kelurahan Kricak dan Kelurahan Wirogunan.

Lokasi-lokasi evakuasi tersebut berada di sejumlah sekolah, balai rukun warga, Gedung Kopertis V, Museum Purnawirata, LPP, Gedung Balai Pramuka, lapangan tenis Probongasem, Sasono Hinggil Keraton Ngayogyakarta, depan Masjid Agung Yogyakarta.

Seluruh lokasi evakuasi warga yang mampu menampung sekitar 13.000 jiwa tersebut juga telah dilengkapi dengan fasilitas mandi cuci kakus (MCK).

Status sungai di wilayah Kota Yogyakarta dibedakan menjadi empat, yaitu siaga yang berarti ketinggian permukaan air sungai 10 centimeter (cm) di bawah bronjong; status waspada saat permukaan air sungai sejajar bronjong; status awas saat permukaan air sungai 10-15 cm di atas bronjong dan status kritis yaitu saat permukaan air sungai sudah sejajar dengan talud.
(ANT/A024)

Warga RI di Libya Galang Dana Bencana

London (ANTARA News) - Bencana Tsunami dan Letusan Gunung Merapi terdengar ke seluruh pelosok dunia, tidak terkecuali Libya untuk kemudian membangkitkan kepedulian pada korbannya.

Hal itulah mengilhami mahasiswa Indonesia di Libya dalam KKMI (Kesatuan Keluarga Mahasiswa Indonesia) dan Himpunan Masyarakat Indonesia di Tripoli serta KBRI setempat untuk mengadakan acara Charity Event for Victims of Mantawai Tsunami and Merapi Volcanoe, ujar mahasiswa Indonesia di Libia Miftahur Risal kepada koresponden Antara London, Sabtu.

Miftahur Risal yang belajar di International Islamic Call College, Libya, mengungkapkan penggagas acara dan koordinator masyarakat Indonesia di Triploy adalah Agus Widdjiastono yang mengatakan penggalangan dana dalam bentuk Charity Event lebih efektif .

Acara berbentuk bazar, lelang dan penampilan seni Indonesia yang hasil lelang dan bazar secara keseluruhan disumbangkan ke korban bencana di tanah air.

Duta Besar LB&BP untuk Libya, Drs Sanusi menyampaikan pemerintah Indonesia berusaha semaksimal mungkin untuk dengan segera melakukan langkah-langkah penanganan bencana.

Sanusibangga dan haru atas inisatif KKMI dan Masyarakat Indonesia di Libya yang tanggap dan peduli terhadap saudara-saudara mereka di tanah air.

"Ini adalah bentuk kepedulian warga Indonesia di manapun mereka berada, di dalam maupun luar negeri," ujar ketua panitia Sidik Nugroho.

Tidak hanya warga negara Indonesia, bahkan warga negara asing juga ikut andil dalam acara tersebut dan mendonasikan sebagian rejeki mereka untuk para korban. (*)
ZG/AR09

Dahsyatnya Abu Merapi

Merapi terus meletus. Seiring tanah bergetar, sang gunung memuntahkan material vulkanik ke udara. Asap membubung tinggi, lalu jatuh ke mana angin membawa.

Di Yogyakarta Jumat (5/11) pagi, warga menyambut pagi yang gelap dan kelabu. Kota itu, juga berbagai wilayah di sekitar Merapi, diselimuti abu. Penduduk harus beraktivitas dengan masker, agar material silika tak terhirup ke paru-paru yang bisa terganggu karenanya.

Semua jadwal di bandara Adi Sutjipto dibatalkan demi keselamatan penerbangan. Di Bandung, sejumlah penduduk melaporkan hujan abu yang dikaitkan dengan Merapi.

Relawan terus berdatangan membantu pengungsi Merapi. Di berbagai sudut negeri, orang-orang mengulurkan tangan. Di berbagai jejaring, kepedulian terbentuk...




Gunung Merapi memuntahkan material vulkanik, terlihat dari Klaten, Kamis (4/11).
(AP Photo/Irwin Fedriansyah)







Penduduk menyelamatkan diri dengan motor setelah Gunung Merapi meletus lagi, Jumat (5/11). Pemerintah meluaskan zona bahaya menjadi 20 kilometer dari pusat kawah Merapi. (AP Photo/Achmad Ibrahim)

Tim penyelamat mencari korban Merapi di Argomulyo,
Yogyakarta, Jumat (5/11). (AP Photo/Trisnadi)




Tim relawan dan tentara di Argomulyo lari menyelamatkan diri setelah Merapi kembali meletus, Jumat (5/11). (AP Photo/Trisnadi)


Sebuah pesawat, berselimut abu vulkanik, diparkir di bandara internasional Adi Sutjipto, Yogyakarta, Jumat (5/11). Bandara yang landasannya tertutup abu putih harus ditutup. (AP Photo/Irwin Fedriansyah)

Masyarakat melakukan aktivitas menggunakan masker saat melintas di Jalan Pangeran Diponegoro, Yogyakarta, Jumat (5/11). Erupsi Gunung Merapi yang kembali terjadi pada Kamis (5/11) mengeluarkan debu vulkanik yang menyelimuti Kota Yogyakarta, sehingga masyarakat diimbau menggunakan masker saat melakukan aktivitas di luar ruangan untuk mengantisipasi gangguan kesehatan akibat debu vulkanik. (Foto ANTARAWahyu Putro A)


Seorang anak berjalan di antara pohon yang tumbang di jalan lingkar Muntilan, Jawa Tengah, Jumat (5/11). Banyak pohon tumbang di beberapa wilayah Muntilan akibat hujan abu vulkanik dari Gunung Merapi. (Foto ANTARA/Wihdan Hidayat)

Dodi IR


Dodi Ibnu Rusydi, editor dan produser halaman depan Yahoo! Indonesia.

Friday, November 05, 2010

Korban Tewas Bertambah Jadi 69 Orang

KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES
Korban tewas akibat luka bakar terkena awan panas Gunung Merapi dievakuasi ke Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta, Jumat (5/11/2010). Gunung Merapi kembali meletus dini hari tadi mengakibatkan 66 orang mengalami luka bakar serius dan 55 korban tewas, yang kebanyakan berasal dari desa Argomulyo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
Jumat, 5 November 2010 | 22:44 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com
- Korban tewas akibat letusan Gunung Merapi pada Jumat (5/11/2010) dini hari bertambah lima orang lagi. Dengan demikian, hingga pukul 20.00 WIB, sudah ada 69 jenazah di instalasi forensik Rumah Sakit dr Sardjito, Yogyakarta.


"Korban meninggal dunia di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta bertambah lagi lima orang dari sebelumnya 64 orang sehingga menjadi 69 orang, sedangkan yang luka bakar berat sebanyak 77 orang," kata Kepala Bagian Hukum dan Humas RS Sardjito Yogyakarta Trisno Heru Nugroho. Sebelumnya, korban luka bakar tercatat 66 orang.

Anggota Tim Dokter Disaster Victim Identification (DVI) Kompol Agung Hadi Wijanarko di Yogyakarta mengatakan kemungkinan jumlah korban akibat letusan Gunung Merapi masih bisa bertambah mengingat ada sebagian lokasi belum dijangkau tim SAR, TNI, Polri, dan relawan akibat lahar yang masih panas.

Ia mengatakan korban meninggal dunia dan luka bakar berat merupakan warga Kecamatan Cangkringan yang letaknya 15 kilometer dari Gunung Merapi. Ia mengimbau masyarakat yang mempunyai keluarga di Cangkringan dan kehilangan kontak agar datang ke RS Sardjito Yogyakarta untuk membantu mengidentifikasi korban dengan memberikan data-data sekunder.

Editor: Tri Wahono | ANT

Koarmatim Kirim Dua Peleton Pasukan ke Merapi

Koarmatim Kirim Dua Peleton Pasukan ke Merapi
Surabaya (ANTARA News) - Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) mengirim sedikitnya dua satuan setingkat peleton untuk mendukung tanggap darurat letusan Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Kepala Dinas Penerangan Koarmatim, Letkol Laut Yayan Sugiana, di Surabaya, Jumat, mengatakan, dua peleton itu bergabung dalam Satuan Tanggap Darurat Bencana Alam Gunung Merapi bersama TNI-AD, TNI-AU, dan Polri.

"Dua peleton itu kami kirimkan dari Lanal (Pangkalan TNI Angkatan Laut) Yogyakarta langsung menuju lokasi bencana," katanya.

Menurut dia, satgas itu menggelar latihan terakhir di lapangan Danau Putri, Kaliurang, Yogyakarta, pada 23 Oktober 2010 atau tiga hari sebelum letusan Gunung Merapi menewaskan sejumlah warga.

Dalam pelaksanaan tugas itu, jelas Yayan, dua peleton dari Lanal Yogyakarta tersebut bergabung dengan Korem 072/PMK di Posko Utama Pakem.

Pada 26 Oktober 2010, mereka mendapatkan tugas dari Satkorlak untuk membantu mengevakuasi dan mencari korban tewas di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.

"Saat itu tim tersebut berhasil menemukan dan mengevakuasi 12 jenazah di Dusun Kinahreho," kata Yayan menirukan pernyataan Komandan Lanal Yogyakarta Kolonel Laut (S) Aloysius Pramono.

Selain itu, satgas juga mendistribusikan bahan-bahan material dan logistik, berupa tikar dan selimut yang berjumlah 2.000 potong kepada para pengungsi di Balai Desa Purwobinangun dan di barak pengungsian di Desa Glagah Harjo.

Selanjutnya satgas melakukan penyisiran di wilayah Kali Adem, Kinahrejo, dan Umbulharjo. Satgas juga mendirikan tenda pengungsian di Desa Kepuharjo dan Glagah Harjo.

Sampai saat ini satgas masih melakukan penyisiran di berbagai wilayah yang terkena dampak letusan Gunung Merapi, meliputi TPA Muntilan, Dukun, Srumbung, Salam, Mungkid, dan Sawangan.

Satgas juga terus membantu evakuasi binatang ternak dan menimbun binatang ternak yang mati akibat semburan awan panas di desa Purwobinangun, Hargobinangun, Glagah Harjo, Umbulharjo, Kepuhharjo, Wonokerto, dan Girikerto.
(T.M038/P003)

Teknologi Konsorsia Mikrob Mampu Atasi Lahan Masam

Jakarta (ANTARA News) - Lahan marjinal bersifat masam (pH rendah) yang sulit untuk ditanami di Indonesia sangat luas, namun bisa diatasi dengan teknologi Konsorsia Mikroba yang sedang diujicobakan oleh Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi.

"Kami telah mengembangkan konsorsia mikrob tertentu yang dapat meningkatkan pH dan memperbaiki karakteristik tanah," kata Perekayasa dari Pusat Teknologi Bioindustri BPPT Koesnandar, usai Penandatanganan Kerja Sama BPPT dengan PT Astra Agro Lestari Tbk dalam pengembangan industri kelapa sawit, di Jakarta, Kamis.

Rendahnya pH (3,0-3,5) tanah menyebabkan biaya produksi lebih tinggi karena penyerapan hara tanah oleh tanaman terhambat dan meningkatkan konsumsi pupuk anorganik, selain itu juga menyebabkan terjadinya toksisitas beberapa mineral dan unsur organik, ujarnya.

Aktivitas yang dilakukan mikroba terpilih tersebut menyebabkan terlepasnya mineral dan meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman, sehingga produktivitas tanaman dapat meningkat.

Konsorsia mikrob tersebut, urainya, adalah fungi berkemampuan menaikkan pH jika pH awal tanah rendah, yang berasal dari tanah masam milik PT Astra Agro Lestari di Sulawesi Barat dan Riau yang kemudian diisolasi.

Saat ini ada 29 fungi yang sudah diisolasi, yang karakternya berbeda-beda tergantung dari tanah masing-masing, tambahnya.

Setelah fungi yang diambil itu diisolasi, diuji kapasitasnya di laboratorium, kemudian tanah yang akan ditanami juga diteliti dan dicocokkan dengan mikroba tersebut.

"Setelah itu dilakukan produksi dengan fermentasi dan disebar di setiap lubang tanah yang akan ditanami," katanya sambil mengatakan penyebab tanah masam adalah pelapukan dan kandungan asam organik di tanahnya.

Sebelumnya berbagai kajian untuk meningkatkan pH lahan asam telah dilakukan di antaranya secara konvensional dengan menambah abu pembakaran, kapur, dolomit, lumpur sedimen sungai maupun abu vulkanik, namun dalam penerapan skala luas terhambat faktor ketersediaan dan teknis lainnya.

Menurut Kepala Divisi Riset Agronomi PT Astra Agro, Satyoso Harjotedjo, dari 265 ribu ha lahan perkebunan sawitnya, di Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan, 20 persen di antaranya merupakan lahan masam dan memerlukan teknologi tertentu.

Sementara itu Kepala BPPT Marzan A Iskandar mengatakan, Indonesia harus mulai mengurangi ekspor minyak sawitnya ke pasar dunia dan mengolah turunannya di dalam negeri untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih banyak.

Saat ini Indonesia menguasai pasar Crude Palm Oil (CPO) terbesar dunia sebesar 64,53 persen sementara Malaysia menguasai pasar ekspor produksi turunan CPO sebesar 52,35 persen.
(T.D009/A025/P003)

Korban Tewas Akibat Letusan Merapi 64 Orang

Korban Tewas Akibat Letusan Merapi 64 Orang
Yogyakarta (ANTARA News) - Korban tewas akibat letusan Gunung Merapi pada Jumat dinihari, pada sore ini pukul 16.25 WIB terdata mencapai 64 orang dan jenazah mereka sekarang berada di instalasi forensik Rumah Sakit dr Sardjito Yogyakarta.

"Korban meninggal dunia di Rumah Sakit (RS) Sardjito Yogyakarta bertambah lagi enam orang sehingga menjadi 64 orang," kata anggota Tim Dokter Disaster Victim Identification (DVI) Kompol Agung Hadi Wijanarko sembari menambahkan bahwa korban luka bakar berat mencapai 77 orang.

Kemungkinan jumlah korban akibat letusan Gunung Merapi tersebut masih bisa bertambah mengingat ada sebagian lokasi yang belum dapat dijangkau tim SAR, TNI, Polri, dan relawan akibat lahar yang masih panas. "Saya yakin korban akan terus bertambah," kata dia.

Ia mengatakan bahwa korban meninggal dunia dan luka bakar berat merupakan warga Kecamatan Cangkringan yang letaknya 15 kilometer dari Gunung Merapi. "Saat terjadi letusan pukul 00.40 WIB mereka masih tertidur nyenyak," katanya

"Kami meminta keluarga di Cangkringan agar datang ke RS Sardjito Yogyakarta untuk membantu mengidentifikasi korban dengan memberikan data-data sekunder, karena jika tanpa ada data-data sekunder tim forensik akan kesulitan mengetahui identitas korban," katanya.

Anggota Kedokteran Kepolisian Polda DIY Syahrizal mengatakan evakuasi membutuhkan alat berat dan juga air dalam jumlah yang banyak untuk bisa masuk ke wilayah tersebut dan melakukan evakuasi korban," katanya.

Tim Disaster Victim Identification (DVI) dibantu RS Dr Sardjito Yogyakarta kini mulai melakukan identifikasi terhadap seluruh korban meninggal dunia.

(ANT/S026)

Jika Terhirup Manusia Abu Vulkanik Dapat Merobek Jaringan Paru

Jumat, 5 November 2010 | 13:51 WIB
TRIBUN NEWS/IMAN SURYANTO
Pemandangan detik-detik meletusnya Gunung Merapi yang mengeluarkan debu vulkanik serta awan panas (wedhus gembel) terlihat dari Pakem, Sleman, Yogyakarta, Senin (1/11/2010). Bau belerang pascaletusan Gunung Merapi mengakibatkan puluhan warga pingsan di Desa Sangup, Kecamatan Musuk, Boyolali, Jawa Tengah.

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebagian abu vulkanik yang menyebar di kecamatan Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, mengandung SI 02/silika. Bahan ini, menurut para relawan, mengandung bahan yang mirip dipakai pada industri kaca.

"Bahan ini merupakan glass hard yang sangat halus, tetapi jika dilihat dengan mikroskop, tepi dan ujungnya itu runcing," kata Goro Hendratmo, Koordinator Relawan Posko Van Lith, Muntilan, saat dihubungi Kompas.com via telepon, Jumat (5/11/2010) siang.

Menurut Goro, abu vulkanik itu dapat merobek jaringan paru-paru jika terhirup oleh manusia. Selain itu, jika abu vulkanik berkontak langsung dengan mata dapat merusak kornea mata.

"Kami imbau kepada relawan dan pengungsi di sini agar selalu pakai masker, kalau perlu kacamata karena ini abunya tidak baik untuk badan," ujarnya.

Saat ini kondisi di Muntilan, menurut Goro, sangat memprihatinkan. Ketebalan abu vulkanik di Muntilan mencapai 5 sentimeter. Pohon-pohon pun banyak yang tumbang karena tidak kuat menahan abu yang menghinggapi pohon.

"Ada kemungkinan sampai sebulan ke depan kondisi masih seperti ini. Sekarang semua sekolah sudah diliburkan juga," jelasnya.

Para pengungsi di Muntilan saat ini tersebar di banyak posko pengungsian. Pengungsi terbanyak berada di asrama sekolah Pangudi Luhur Van Lith, Muntilan, berjumlah lebih dari 1.000 jiwa.

"Kami pakai empat barak Van Lith. Selain di Van Lith, pengungsi ada juga di Ponpes Muhammadiyah, SMK Pangudi Luhur, Dinas Perikanan. Ada juga yang keluar dari Muntilan," ujarnya.

Penulis: Remigius Septian Hermawan | Editor: Hertanto Soebijoto

Korban Meninggal Letusan Merapi Jadi 58 Orang

Korban Meninggal Letusan Merapi Jadi 58 Orang
Sebanyak 35 korban tewas terkena awan panas Gunung Merapi dikumpulkan di RS Sarjoto Yogyakarta, Jumat (5/11). Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas sejauh 17 km, sedangkan batas Kawasan Rawan Bencana III adalah 15 km, maka pengungsi dan warga kembali diungsikan. (ANTARA News/Regina Safri)

Yogyakarta (ANTARA News) - Korban meninggal dunia akibat letusan Gunung Merapi pada Jumat dini hari yang hingga pukul 13.20 WIB yang berada di instalasi Forensik Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta bertambah dua orang sehingga menjadi 58 jiwa, sedangkan luka bakar berat tercatat sebanyak 66 orang.

"Korban meninggal dunia di Rumah Sakit (RS) Sardjito Yogyakarta bertambah lagi dua orang sehingga menjadi 58 orang," kata anggota Tim Dokter Disaster Victim Identification (DVI) Kompol Agung Hadi Wijanarko di Yogyakarta, Jumat.

Kemungkinan jumlah korban akibat letusan Gunung Merapi tersebut masih bisa bertambah mengingat ada sebagian lokasi yang belum dapat dijangkau tim SAR, TNI, Polri, dan relawan akibat lahar yang masih panas. "Saya yakin korban akan terus bertambah," kata dia.

Ia mengatakan korban meninggal dunia dan luka bakar berat merupakan warga Kecamatan Cangkringan yang letaknya 15 kilometer dari Gunung Merapi. "Saat terjadi letusan pukul 00.40 WIB mereka masih tertidur nyenyak," katanya

"Kami meminta keluarga di Cangkringan agar datang ke RS Sardjito Yogyakarta untuk membantu mengidentifikasi korban dengan memberikan data-data sekunder, karena jika tanpa ada data-data sekunder tim forensik akan kesulitan mengetahui identitas korban," katanya.

Anggota Kedokteran Kepolisian Polda DIY Syahrizal mengatakan evakuasi membutuhkan alat berat dan juga air dalam jumlah yang banyak untuk bisa masuk ke wilayah tersebut dan melakukan evakuasi korban," katanya.

Tim Disaster Victim Identification (DVI) dibantu RS Dr Sardjito Yogyakarta kini mulai melakukan identifikasi terhadap seluruh korban meninggal dunia.
(U.E013/H008/P003)

Korban Erupsi Merapi Terus Bertambah

Korban Erupsi Merapi Terus Bertambah
Yogyakarta (ANTARA News) - Korban lahar awan panas akibat erupsi eksplosif Gunung Merapi. Kamis malam, masih mengalir terus ke Rumah Sakit Umum Dr. Sarjito dan sejauh ini tercatat 54 tewas dan 67 korban lainnnya luka-luka.

Petugas pencatat di RS tersebut pada Jumat siang mengemukakan bahwa korban-korban meninggal yang terbanyak berasal dari dusun Brongongsuruh, desa Argomulyo dan dusun Slodokan, Wukirsari, Kecamatan Cangkringan yang diterjang awan panas berasal dari letupan Merapi Kamis tengah malam.

Selain akibat sambaran awan panas, korban-korban juga berjatuhan akibat kecelakaan lalu-lintas mengingat hampir seluruh ruas jalan di kota Yogyakarta tertutup debu buangan vulkanik sehingga jarak pandang pengendara menjadi semakin pendek.

Seorang petugas Pelayanan Umum Kec. Cangkringan, Hermanto, mengemukakan bahwa warga desa Argomulyo yang menjadi korban awan panas umumnya sedang tertidur lelap saat terjadi bencana tersebut. Aliran awan panas dari Sungai Gendol, menurut dia, tertahan saat menghantam tanggul dam di Desa Argomulyo sehingga uap panasnya menyebar ke berbagai arah.

"Belum semua lokasi korban tersisir, jadi kemungkinan masih ada jasad korban yang belum terangkut," katanya.

Sampai Jumat siang hujan debu masih turun di jalan-jalan di tengah kota Yogyakarta walaupun intensitasnya mulai menurun. Sekolah-sekolah di DI Yogyakarta, Jumat diliburkan, sementara kantor-kantor pemerintah dan swasta tampak buka seperti biasa walaupun sebagian pegawai absen.

Bandara Adisucipto juga ditutup Jumat untuk seluruh penerbangan, sedangkan sehari sebelumnya paling tidak sebuah pesawat Boeing B737-900ER Lion Air dengan nomor penerbangan S556 yang membawa l87 penumpang dari Jakarta menuju Yogyakarta siang hari terpaksa kembali ke Jakarta setelah gagal mendarat di Yogyakarta maupun Solo akibat cuaca buruk, walaupun kemudian bisa terbang kembali ke Yogyakarta pada sore harinya.

Warung-warung di pinggir jalan sebagian masih buka, walaupun jumlah pembeli menurun drastis selain karena warga yang berlalu-lalang tidak sebanyak pada hari-hari normnal, sebagan warga juga enggan untuk membeli jajanan atau makan-minum di warung-warung angkringan yang terbuka atau pedagang asongan karena debu berterbangan di sekitar dagangan mereka.

"Baru satu dua orang yang membeli mie saya, itu pun dibungkus untuk dibawa pulang, " kata Santo, seorang penjaja mie ayam yang mangkal di depan RS Sarjito. Hujan debu juga membuat sebagian besar pengayuh becak menghentikan kegiatannya selain akibat menurunnya jumlah warga yang keluar rumah, juga karena pengayuh beca juga sukar melakukan kegiatannya di tengah hujan debu yang membahayakan kesehatan mereka.

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Liungkungan Depkes Tjandra Yoga Aditama menuturkan bahwa debu vulkanik yang komposisi kimianya antara lain terdiri dari hidrogen sulfida (H2S) dan sulfur dioxide (SO2) dapat menganggu kesehatan manusia, tergantung dari kepekatannya, durasi orang menghirupnya, juga daya tahan setiap orang yang berbeda-beda. Gangguan kesehatan yang ditumbulkannya terutama organ pernafasan, iritasi mata dan kulit.

Sri Sultah Hamengkubuwono X Jumat siang juga menyampaikan lagi imbauan pada warganya yang tinggal di desa-desa di seputar kawasan kaki Gunung Merapi, agar mematuhi seruan Pemda setempat untuk menjauhi wilayah berbahaya yang sejauh ini sudah ditetapkan lebih luas lagi yakni sampai kawasan hingga sejauh 20 Km dari puncak Merapi.

Ia juga meminta, agar warga terutama yang tinggal di dekat-dekat bantaran kali agar meningkatkan kewapadaan mereka terhadap kemungkinan luapan lahar dingin yang mengalir di kali-kali di dekat pemukinan penduduk.

Ketua Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono, mengemukakan bahwa kekuatan erupsi eksplosif Gunung Merapi yang terjadi Kamis malam tiga kalia lebih besar dari yang pernah terjadi pada 2001 dan 2006.

Surono juga tidak bisa memastikan apakah erupsi Merapi akan segera berhenti mengingat masih terdapat dua pertiga kandungan material vulkanik yang tersisa dan sewaktu-waktu dapat dimuntahkan dari di kepundan gunung berapi yang teraktif di Pulau Jawa tersebut.

Sejak terjadi erupsi ekplosif pada 26 Oktober lalu, sudah sekitar 100 juta meter kubik material vulkanik yang dimuntahkan dari kepundan Merapi.
(ANT/P003)

Letusan Merapi Kali Ini Paling Besar

Yogyakarta (ANTARA News) - Letusan Gunung Merapi yang terjadi selama dua hari belakangan merupakan yang terbesar dalam kurun seabad terakhir sejarah letusan gunung tersebut, kata Kepala Badan Geologi.

"Masyarakat di sekitar Gunung Merapi kemungkinan juga belum pernah mengalami hal semacam ini," kata Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) R Sukhyar di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Jumat.

Menurut Sukhyar, letusan dua hari tanpa henti terhitung sejak Rabu (3/11) sekitar pukul 11.11 WIB itu juga merupakan yang terbesar sejak letusan Gunung Galunggung, Jawa Barat, 30 tahun lalu.

"Letusan yang terus menerus selama dua hari ini menandakan bahwa suplai magma yang dimiliki gunung tersebut masih terus ada dan mendesak ke luar," katanya.

Pada Jumat dinihari, Badan Geologi pun memperluas radius aman letusan Gunung Merapi dari semula 15 km menjadi 20 km.

"Saat perluasan radius aman tersebut, tidak disebutkan dusun-dusun yang dimaksud, tetapi kami yakin pemerintah daerah setempat sudah bisa mengerti dan langsung melakukan evakuasi pada warganya," katanya.

Dari letusan yang terjadi secara terus-menerus tersebut, Sukhyar pun memperkirakan jumlah material vulkanik yang telah dilontarkan Gunung Merapi sejak erupsi pada 26 Oktober mencapai sekitar 100 juta meter kubik.

Jika letusan awal sudah memenuhi badan sungai, lanjut dia, maka material vulkanik hasil erupsi sesudahnya pun akan lebih mudah terbawa ke jarak lebih jauh dan jangkauan pun lebih menyebar.

Jarak luncur awan panas pun diperkirakan telah mencapai jarak sekitar 15 km.

Sukhyar mengatakan, pemantauan di lapangan terkendala dengan adanya kerusakan alat, namun ia menjamin bahwa pihaknya akan terus melakukan pengamatan aktivitas gunung dengan intensif.

"Sekarang, kondisi puncak masih cukup berkabut, sehingga kami belum bisa mengamati kondisi puncak, termasuk diameter kawah yang sudah terbentuk," lanjutnya.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMGB) Surono tetap menyatakan bahwa bahaya lahar masih terus menjadi ancaman seiring bertambahnya material erupsi Merapi di sepanjang alur sungai yang berhulu di puncak gunung, apalagi intensitas hujan di sekitar Gunung Merapi cukup tinggi.

Di Kali Boyong, material vulkanik Gunung Merapi telah mencapai jarak 10 km dan Sungai Code yang berada di wilayah Kota Yogyakarta pun telah keruh sebagai pertanda adanya material hasil erupsi yang terbawa hingga ke wilayah tersebut.
(E013/s018)

Merapi Meletus

Menko Kesra: Korban Merapi 73 Orang
Laporan wartawan KOMPAS.com Hindra Liu
Jumat, 5 November 2010 | 09:40 WIB
SANDRO GATRA - Jalan Kaliurang tertutup kabut debu
JAKARTA, KOMPAS.com Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengatakan, korban erupsi Gunung Merapi hingga Jumat (5/11/2010) pagi mencapai 73 orang. Angka ini terdiri dari 69 orang korban tewas di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan 4 orang di Provinsi Jawa Tengah.

"Sementara itu, korban luka-luka bakar dan melepuh di masing-masing provinsi sekitar 100-an," kata Agung kepada para wartawan sebelum mengikuti kuliah kepresidenan (presidential lecturer) Imam Feisal Abdul Rauf, imam di Masjid Al-Farah, New York, di Istana Negara, Jakarta, Jumat.

Dikatakan Agung, saat ini pemerintah tengah mencari cara untuk mengungsikan para penduduk lokal di tempat yang aman.

"Saat ini kondisi di Merapi sudah cukup memprihatinkan," kata Agung.

Sementara itu, jumlah pengungsi akibat erupsi Merapi hingga Jumat pagi ini mencapai 82.600. Angka ini terdiri dari 57.500 orang di Jawa Tengah dan 25.100 orang di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Editor: Hertanto Soebijoto

6 Jam Jalan Kaki Pindah Pengungsian

Magelang (ANTARA News) - Sejumlah warga lereng Gunung Merapi yang sebelumnya menempati pengungsian di kota Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, memutuskan jalan kaki untuk relokasi ke pengungsian di Muntilan yang relatif lebih aman dari letusan susulan gunung api itu.

"Kami sebenarnya menunggu kedatangan armada angkutan evakuasi, tetapi tidak kunjung datang sehingga memutuskan jalan kaki menuju Muntilan," kata Gimono, warga Dusun Braman, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun.

Gimono, mengatakan, jumlah pengungsi yang sebelumnya berada di Balai Desa Dukun dan memutuskan relokasi ke Muntilan dengan berjalan kaki sekitar 100 orang.

Ia mengatakan, sekitar 400 pengungsi lainnya telah diangkut ke Muntilan dengan menggunakan beberapa unit truk.

Kepala Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Yatin, di Magelang, Jumat mengatakan jalan kaki sejauh sekitar enam kilometer dimlai sekitar pukul 00.00 WIB dan tiba di salah satu penampungan pengungsi di kota Kecamatan Muntilan sekitar pukul 06.00 WIB.

Sepanjang perjalanan, katanya, suasana gelap karena aliran listrik padam, sedangkan jalan Dukun-Muntilan tertutup abu vulkanik yang turun cukup deras akibat letusan besar Merapi sekitar pukul 00.00 WIB.

Sebelumnya, mereka menempati pengungsian antara lain di Balai Desa Dukun, sekitar 15 kilometer barat puncak Merapi. Muntilan terletak sekitar 30 kilometer barat puncak Merapi.

Hingga pukul 08.48 WIB, hujan abu masih mengguyur Muntilan, jalan-jalan tertutup abu vulkanik Merapi cukup tebal. Beberapa orang yang berjalan kaki di jalan kampung Jagalan, di kota terbesar di Kabupaten Magelang itu mengenakan payung dan masker.

Mereka yang melintas menggunakan sepeda motor terlihat mengenakan jas hujan untuk melindungi dari terpaan abu.

Suara guguran cukup keras dari arah puncak Merapi juga masih terdengar dari kota di kawasan jalan utama Yogyakarta-Kota Magelang itu.

Toko-toko dan Pasar Muntilan di Jalan Pemuda di sepanjang jalur utama kota Kecamatan Muntilan tutup, sedangkan aliran listrik masih padam.
(ANT/A038)

Jenazah Korban Merapi Masih Genggam HP

Yogyakarta (ANTARA News) - Dusun Plumbon Cangkringan, Sleman. hancur karena tersapu awan panas dan lahar panas Merapi dan beberapa warga desa itu tewas.

"Di Dusun Plumbon, kami menemukan ada sebuah keluarga yang meninggal dunia akibat awan panas, bahkan kami menemukan ada seorang korban yang memegang telepon selular," kata relawan dari Radio Komunikasi Balerante 907, Utha yang turut melakukan evakuasi.

Selama aktivitas Gunung Merapi mulai meningkat sejak Rabu (3/11), semua petugas selalu mengimbau kepada masyarakat untuk menjauhi bantaran sungai dengan jarak minimal 300 meter.

"Lahar yang masih panas tersebut bisa melimpah hingga ke bantaran sungai sehingga banyak menyebabkan korban. Banyak korban yang mungkin tidak terkena awan panas secara langsung tetapi terkena limpahan lahar," kata Utha.

Sementara itu korban meninggal dunia akibat letusan Gunung Merapi pada Jumat dini hari yang kini berada di instalasi Forensik RS Dr Sardjito Yogyakarta bertambah menjadi 35 orang.

"Sebagian besar berasal dari Desa Argomulyo, yaitu dari Dusun Bronggang dan Dusun Plumbon," kata anggota Kedokteran Kepolisian Polda DIY Syahrizal di RS Dr Sardjito Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, kemungkinan jumlah korban akibat letusan Gunung Merapi tersebut masih bisa bertambah mengingat ada sebagian lokasi yang belum dapat dijangkau akibat lahar yang masih panas.

"Tim evakuasi membutuhkan alat berat dan juga air dalam jumlah yang banyak untuk bisa masuk ke wilayah tersebut dan melakukan evakuasi korban," lanjutnya yang memperkirakan jumlah korban letusan Gunung Merapi tersebut lebih besar dibanding letusan pada 26 Oktober.

Tim Disaster Victim Identification (DVI) dibantu RS Dr Sardjito kini mulai melakukan identifikasi terhadap seluruh korban.
(ANT/A038)

Ringkasan Situasi dan Penanggulangan Bencana Merapi

Yogyakarta, 5/11 (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi menetapkan wilayah aman dari ancaman bahaya Gunung Merapi menjadi lebih dari 20 kilometer dari puncak gunung, dari sebelumnya lebih dari 15 kilometer.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG) Badan Geologi Surono, di Yogyakarta, Jumat dini hari, mengatakan, sejak pukul 00.55 WIB wilayah aman dari ancaman bahaya Merapi menjadi lebih dari 20 kilometer.

Penetapan tersebut diambil untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, terkait dengan erupsi Merapi yang masih tinggi, termasuk kepanikan warga yang dikhawatirkan bisa menyebabkan musibah yang lain.

Suara gemuruh yang diduga dari Gunung Merapi terdengar sampai kota Yogyakarta, Jumat dini hari sekitar pukul 00.30 WIB, sehingga menyebabkan kepanikan sebagian warga kawasan utara kota ini, dan terjadi peningkatan arus kendaraan yang melaju dari wilayah utara ke selatan.

Dilaporkan hujan pasir halus cukup deras mengguyur wilayah Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta. Di sebagian wilayah Kabupaten Sleman listrik padam sejak pukul 00.50 WIB.

Lereng Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, Jumat, pukul 00.50 WIB, dihujani kerikil setelah sebelumnya mengeluarkan suara gemuruh yang desertai getaran keras dan petir sehingga membuat para pengungsi ketakutan.

Suara gemuruh, getaran keras, dan petir menyambar yang langsung disusul hujan kerikil membuat ribuan pengungsi bergegas turun gunung teraktif di Indonesia itu untuk mencari tempat perlindungan yang aman.

Hal ini membuat ribuan pengungsi di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Pakem, Turi, dan Cangkringan bergerak ke selatan mengendarai mobil, sepeda motor, dan kendaraan TNI. Relawan, TNI, polisi, dan petugas pemerintah setempat membantu mengevakuasi pengungsi.

Mobil yang membawa kalangan pengungsi harus bersabar karena pengungsi yang menggunakan kendaraan bermotor buru-buru menuju ke tempat yang aman. Pengungsi ada yang mengarah ke kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, dan bahkan ke arah Solo, Jawa Tengah.

Para pengungsi tidak sempat membawa benda apa pun karena terburu-buru ingin menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman setelah gunung yang teraktif di Indonesia itu mengeluarkan suara gemuruh keras dan hujan kerikil yang berlangsung hampir selama satu jam.

Peningkatan status tersebut dikarenakan aktivitas Gunung Merapi menunjukkan peningkatan yang membahayakan. Oleh karena itu, pemerintah setempat diimbau untuk segera mengevakuasi warga.

Arus kendaraan terus memadati jalan raya Kaliurang - Yogyakarta, ketika warga bergerak ke selatan atau menjauh dari Gunung Merapi, sejak Jumat dini hari pukul 01.00 WIB.

Dari pemantauan, kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat yang melaju di jalan itu tampak kotor karena abu dan pasir vulkanik yang melekat di kendaraan terkena air hujan sehingga lengket.

Listrik PLN di sebagian wilayah Kabupaten Sleman padam sejak pukul 01.15 WIB, sementara gerimis dan hujan abu serta kerikil vulkanik belum reda hingga pukul 02.10 WIB.

Sebelumnya, suara gemuruh yang diduga dari Gunung Merapi terdengar sampai kota Yogyakarta, Jumat dini hari sekitar pukul 00.30 WIB, sehingga menyebabkan kepanikan sebagian warga kawasan utara kota ini, dan terjadi peningkatan arus kendaraan yang melaju dari wilayah utara ke selatan.

Dilaporkan hujan pasir halus cukup deras mengguyur wilayah Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta. Di sebagian wilayah Kabupaten Sleman listrik padam sejak pukul 00.50 WIB.

Ditampung di stadion
Belasan ribu pengungsi dari Kecamatan Pakem, Turi, dan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat, memadati Stadion Maguwoharjo Sleman setelah Gunung Merapi mengeluarkan suara gemuruh yang disusul hujan kerikil.

Tampak ribuan sepeda motor memadati halaman stadion, sedangkan ratusan mobil, truk, dan pikap yang mengangkut para pengungsi parkir di stadion itu. Pemeritah kabupaten setempat membagi para pengungsi berdasarkan daerahnya masing-masing agar mudah terpantau.

Para pengungsi beristirahat sambil tiduran di tikar yang memang sudah disiapkan di stadion. Pengungsi yang terdiri atas orang tua, lansia, dan anak-anak tampak kelelahan setelah melakukan pengungsian dari daerahnya masing-masing dengan menggunakan sepeda motor, truk, dan pikap.

Anggota Polri, TNI, dan relawan hingga kini masih terus mengatur arus pengungsi letusan Gunung Merapi yang terus berdatangan ke Stadion Maguwoharjo Sleman.

Sebelumnya belasan ribu warga yang tinggal di Kecamatan Pakem, Turi, dan Cangkringan diungsikan ke tempat lebih aman setelah Gunung Merapi mengeluarkan suara gemuruh yang disusul hujan kerikil.

Aktivitas Gunung Merapi seperti itu membuat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral menetapkan wilayah aman dari ancaman bahaya Gunung Merapi menjadi lebih dari 20 kilometer dari puncak gunung dari sebelumnya 15 kilometer.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG) Badan Geologi Surono mengatakan sejak pukul 00.55 WIB wilayah aman dari ancaman bahaya Merapi menjadi lebih dari 20 kilometer.

Ribuan warga tersebut kini sedang menuruni lereng Merapi yang hujan abu serta jalan dipenuhi abu dan kerikil. Mereka mengenakan mobil, motor, dan kendaraan TNI. Relawan, TNI, polisi, dan petugas pemerintah setempat membantu mengevakuasi para pengungsi.

Para pengungsi ini akan dipindahkan ke Stadion Maguwoharjo di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Kondisi jalan turunan menuju lokasi relokasi pengungsian padat sehingga terpaksa berjalan pelan-pelan karena jarak pandang terbatas karena abu vulkanik.

Mobil yang membawa kalangan pengungsi harus bersabar karena pengungsi yang menggunakan kendaraan bermotor terburu-buru untuk menuju ke tempat aman. Pengungsi ada yang mengarah ke Uiversitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan Solo, Jawa Tengah.

14 korban tewas
Sebanyak 14 korban tewas akibat terkena awan panas Gunung Merapi masih berada di Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta, dan 50 korban lainnya mengalami luka bakar, Jumat.

Sementara itu, sebanyak 13 korban luka bakar awan panas Gunung Merapi warga Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dirawat di Rumah Sakit Suradji Tirtonegoro Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Jumat.

Mereka yang umumnya mengalami luka bakar 20-30 persen itu, adalah warga Kecamatan Cangkringan dan Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mereka dirawat di rumah sakit (RS) di Klaten, karena bangsal perawatan RS Dr Sardjito Yogyakarta tidak mampu lagi menampung para korban luka bakar tersebut.

Menurut salah seorang dokter di RS Suradji Tirtonegoro Klaten, jika ada pasien korban awan panas dengan luka bakar di atas 50 persen ke atas, harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar dan memadai peralatan medisnya.

Jumlah korban luka bakar akibat erupsi Merapi dan karena kecelakaan di tengah kepanikan warga, hingga Jumat pukul 04.35 WIB, sebanyak 50 orang.

Salah seorang dokter rumah sakit setempat, Sigit Priyo Hutomo, di Yogyakarta, mengatakan, di antara korban sebanyak itu, lima anak balita. Sedangkan korban meninggal akibat terkena awan panas Merapi tercatat satu orang balita.

Tujuh rumah di Blonggang, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, terbakar karena diterjang awan panas Gunung Merapi, Jumat.

Menurut keterangan salah seorang anggota tim SAR Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang keberatan disebutkan namanya, masih puluhan warga yang sedang dievakuasi dari dusun itu, karena sudah jatuh korban satu orang tewas akibat terkena awan panas.

Korban tewas berjenis kelamin laki-laki itu, saat ini sedang dievakuasi dari wilayah bencana. Sedangkan 10 korban luka bakar akibat awan panas, sudah dibawa ke Rumah Sakit (RS) Dr Sardjito Yogyakarta untuk menjalani pengobatan dan perawatan. Mereka umumnya mengalami luka bakar sekitar 70 persen.

Di antara korban yang mengalami luka bakar, terdapat tiga orang yang masih berusia anak-anak, dengan kondisi yang memprihantinkan.

Blonggang, Kecamatan Cangkringan, jaraknya hanya sekitar delapan kilometer dari Gunung Merapi.

Terus disiagakan
Petugas sejumlah rumah sakit di Yogyakarta disiagakan, menyusul terjadinya letusan Merapi pada Jumat pukul 00.15 WIB, dan suara gemuruh yang terdengar sampai kota ini, sehingga menyebabkan kepanikan warga, dan kepadatan arus kendaraan di jalan raya.

Dari pantauan di Rumah Sakit Dr Sardjito, sejumlah mobil yang membawa pasien yang sebagian besar lanjut usia (lansis) yang mengalami sesak napas, tiba di rumah sakit ini.

Begitu pula di rumah sakit (RS) lainnya seperti RS Bethesda, RS Panti Rapih dan RS PKU Muhammadiyah, tampak kesibukan dengan kedatangan sejumlah pasien yang mengalami sesak napas akibat menghirup abu vulkanik Merapi.

Sedangkan sebagian pasien lain karena terluka akibat kecelakaan lalu lintas. Korban adalah pengendara kendaraan bermotor terutama roda dua yang matanya terkena abu maupun pasir vulkanik, sehingga tidak bisa melihat dengan jelas, dan akibatnya bertabrakan dengan kendaraan lain atau menabrak.

Kota Yogyakarta hingga pukul 02.15 WIB, Jumat, masih diguyur abu dan pasir dari Gunung Merapi, sementara gerimis di wilayah Kabupaten Sleman belum reda, sehingga menyebabkan benda yang terkena material vulkanik itu tampak kotor.

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta kepada warga masyarakat untuk mematuhi ketentuan jarak aman harus lebih dari 20 kilometer dari puncak Gunung Merapi.

"Patuhi ketentuan itu agar kita terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan," katanya di Yogyakartga, Jumat.

Sultan juga mengingatkan warga masyarakat untuk menggunakan masker jika berada di luar rumah, karena abu dan pasir vulkanik masih beterbangan di wilayah Yogyakarta, khususnya Kabupaten Sleman. "Masker sangat penting untuk dipakai warga jika berada di luar rumah, apalagi jika berkendaraan bermotor roda dua," katanya.

Ia meminta kepada masing-masing pemerintah kabupaten/kota di provinsi ini untuk mengusahakan pengadaan masker bagi warga masyarakat.

Mengenai aktivitas perkantoran, sekolah, perguruan tinggi, maupun perdagangan di Yogyakarta, Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini berharap tidak sampai terhenti, tetapi kemungkinan hanya terhambat.

Sementara itu, pasien lanjut usia atau berusia 60 tahun ke atas yang merupakan warga Kota Yogyakarta akan memperoleh keringanan biaya pemeriksaan dan pengobatan hingga 60 persen apabila berobat di Puskesmas di kota tersebut.

"Keringanan biaya pemeriksaan dan pengobatan untuk warga Kota Yogyakarta yang telah lanjut usia ini merupakan terobosan baru dari peraturan daerah yang ada," kata Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Tri Mardaya di Yogyakarta, Jumat.

Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 2010 tentang retribusi pelayanan kesehatan pada pusat kesehatan masyarakat yang menggantikan Perda Nomor 5 Tahun 2006, keringanan tarif pemeriksaan dan pengobatan untuk Lansia tersebut adalah klausul baru yang belum ada pada perda lama.

Selain itu, Lansia juga akan memperoleh keringanan sebesar 50 persen untuk tindakan lanjutan.

Penduduk Kota Yogyakarta juga akan memperoleh keringanan tarif 60 persen untuk pemeriksaan dan pengobatan serta 25 persen untuk tindakan lanjutan.

"Keringanan tarif untuk pemeriksaan dan pengobatan serta tindakan lanjutan ini sudah dihitung dengan baik, dan tidak akan ada pelayanan yang dikurangi dengan adanya keringanan biaya ini," katanya.

Namun demikian, Tri mengingatkan agar masyarakat Kota Yogyakarta yang ingin memperoleh keringanan biaya tersebut harus mematuhi persyaratan yang ditetapkan seperti membawa bukti identitas diri berupa kartu tanda penduduk (KTP) serta kartu pasien saat ingin memperoleh pelayanan kesehatan di puskesmas.

Berdasarkan Perda Nomor 3 Tahun 2010 tersebut, Puskesmas juga akan memperoleh pengembalian pendapatan sebesar 100 persen melalui mekanisme anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

"Pengembalian pendapatan tersebut lebih besar dibanding aturan dalam Perda Nomor 5 Tahun 2006, yaitu sebesar 67,5 persen," katanya.

Perkiraan total pendapatan dari 18 puskesmas di seluruh Kota Yogyakarta dalam satu tahun adalah sekitar Rp2,8 miliar.

Pengembalian pendapatan sebesar 100 persen tersebut kemudian akan digunakan untuk tiga kegiatan utama puskesmas yaitu 30 persen untuk usaha pemberdayaan masyarakat, 35 persen untuk operasional Puskesmas dan 35 persen untuk jasa layanan.

Kegiatan dalam usaha pemberdayaan masyarakat tersebut di antaranya adalah penyuluhan di wilayah tentang pola hidup bersih dan sehat.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Mergangsan Titik Sumartiningsih mengatakan, perkiraan pengembalian pendapatan yang akan diterima puskesmas pada 2011 adalah sekitar Rp1,018 miliar.

"Dalam Perda telah diatur jelas pada 30 persen dari pengembalian pendapatan akan digunakan untuk kegiatan promotif dan preventif seperti penyuluhan-penyuluhan," katanya.

Berdasarkan Perda Nomor 3 Tahun 2010 tersebut, Puskesmas di Kota Yogyakarta juga memiliki enam jenis layanan baru yaitu, pelayanan psikologi, pelayanan perawatan rumah, pelayanan nebulizer, Naso Gastric Tube (NGT), laboratorium HIV/AIDS, dan peningkatan laboratorium klinis seperti pemeriksaan fungsi ginjal dan hati.
(E013*V001*M008*H008/B015)

34 Korban Tewas di RS Sardjito

Yogyakarta (ANTARA News) - Sebanyak 34 korban tewas akibat terkena awan panas Gunung Merapi masih berada di Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta, dan 50 korban lainnya mengalami luka bakar, Jumat.(E013/H002)

Bandara Adisutjipto Ditutup Landasan Diselimuti Debu Vulkanik

Yogyakarta (ANTARA) - Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta, Jumat pagi ditutup akibat landasan atau "run way" diselimuti debu vulkanik letusan Gunung Merapi.

"Bandara ditutup tiga jam dari pukul 06.00 WIB hingga pukul 09.00 WIB akibat landasan pacu diselimuti abu vulkanik Gunung Merapi dan sangat berbahaya untuk aktivitas penerbangan," kata General Manajer PT Angkasa Pura I Cabang Bandara Adisutjipto Yogyakarta Agus Andriyanto, Jumat.

Menurut dia, jika pada letusan yang sebelumnya bandara Adisutjipto Yogyakarta ditutup karena masalah jarak pandang pilot, namun untuk kali ini lebih dikarenakan landasan pacu yang diselimuti debu vulkanik cukup tebal.

"Saat ini bandara ditutup selama tiga jam, namun jika dalam waktu tersebut ternyata keadaan belum memungkinkan maka penutupan tetap akan dilanjutkan," katanya.

Ia mengatakan, saat ini pihaknya sedang melakukan pembersihan landasan pacu dari debu vulkanik dengan melakukan penyemprotan di area landasan.

"Empat unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk melakukan pemyemprotan dan membersihkan debu vulkanik di landasan pacu, selain itu dari TNI AU juga menurunkan dua unit `run way sweeper` untuk membantu membersihkan landasan pacu," katanya.(U.V001/H008/H002)

Sultan: Patuhi Ketentuan Jarak 20 Km

Yogyakarta (ANTARA) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta kepada warga untuk mematuhi ketentuan jarak aman yaitu 20 kilometer dari puncak Gunung Merapi.

"Patuhi ketentuan itu agar kita terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan," katanya di Yogyakarta, Jumat.

Sultan juga mengingatkan warga untuk menggunakan masker jika berada di luar rumah. "Masker sangat penting untuk dipakai warga jika berada di luar rumah, apalagi jika berkendaraan bermotor roda dua," katanya.

Ia meminta kepada masing-masing pemerintah kabupaten/kota di provinsi i untuk mengusahakan pengadaan masker bagi warga masyarakat.

Mengenai aktivitas perkantoran, sekolah, perguruan tinggi, maupun perdagangan di Yogyakarta, Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini berharap tidak sampai terhenti, meski kemungkinan kegiatan masyarakat tersebut terhambat akibat bencana Merapi.
(M008/B015)

Ada 14 Jenazah Korban Merapi di RS Sardjito

Yogyakarta (ANTARA News) - Sebanyak 14 korban tewas akibat terkena awan panas Gunung Merapi masih berada di Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta, dan 50 korban lainnya mengalami luka bakar, Jumat.
(M008*E013/B015)

12 Korban Tewas Letusan Merapi Masih Dievakuasi

Yogyakarta (ANTARA News) - Sebanyak 12 warga Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, ditemukan tewas akibat awan panas Merapi, Jumat.

Seluruh jenazah saat ini sedang dievakuasi tim SAR dan Kopassus untuk dibawa ke Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta untuk diautopsi, demikian keterangan dari Tim SAR Daerah Istimewa Yogyakarta.(*)

(U.M008/B015/R009)

Sekolah di Yogyakarta Diliburkan

Sekolah di Yogyakarta Diliburkan
Yogyakarta (ANTARA News) - Kegiatan belajar mengajar di sekolah di Kota Yogyakarta, Jumat, terpaksa diliburkan mengingat kondisi yang kurang memungkinkan akibat hujan abu vulkanik letusan Merapi Jumat dini hari.

"Sebenarnya kebijakan untuk meniadakan kegiatan belajar dan mengajar tersebut diserahkan sepenuhnya ke sekolah, tetapi mengingat kondisi hari ini, maka sebaiknya seluruh sekolah diliburkan," kata Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto melalui pesan singkat telepon selular di Yogyakarta, Jumat.

Meskipun kegiatan belajar mengajar ditiadakan, namun ia meminta kepada kepala sekolah dan guru untuk datang ke sekolah dan melihat kondisi sekolahnya.

Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Budi Ashrori juga mengatakan hal senada yaitu agar meniadakan kegiatan belajar mengajar hingga kondisi memungkinkan.

"Hari ini, sebaiknya siswa belajar di rumah saja hingga kondisi memungkinkan," katanya.

Pasir dan abu vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi dilaporkan menutupi Kota Yogyakarta khususnya di bagian utara.

Peniadaan kegiatan belajar mengajar di sekolah pada Jumat tersebut adalah untuk kedua kalinya terjadi di Kota Yogyakarta setelah paparan abu vulkanik juga sempat menutupi wilayah tersebut pada Sabtu (30/10).

Pemerintah juga mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tetap memakai masker dan pelindung mata seperti kacamata apabila beraktivitas di luar ruangan karena dikhawatirkan abu vulkanik terhirup dan menggangu kesehatan.

Abu vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi tersebut mengandung silica dan sulfur oksida yang dapat membahayakan kesehatan apabila terhirup dalam jumlah yang cukup banyak.(*)

(E013/A035/R009)