Pages

Saturday, October 30, 2010

Wilayah Barat Merapi "Terbebas" dari Hujan Abu

Magelang (ANTARA News) - Sejumlah desa di lereng Gunung Merapi bagian Barat, tepatnya di wilayah Kabupaten Magelang, masih aman dari guyuran hujan abu, menyusul letusan gunung merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta pada Sabtu dinihari.

Berdasarkan pantauan ANTARA hingga pukul 02.55 WIB, sejumlah desa yang berjarak sekitar 14 kilometer dari puncak Merapi, justru aman dari hujan abu.
Padahal, kawasan yang berada di Barat Daya gunung, yakni wilayah Yogyakarta dengan radius yang lebih jauh dari Merapi justru diguyur hujan abu.

Beberapa desa di Kabupaten Magelang, di lereng Merapi yang terbebas dari hujan abu di antaranya Desa Argomulyo, Krinjing, Kali Bening, Keningan, Sewukan, serta wilayah di Kecamatan Sawangan.
Kondisi langit di sekitar puncak Merapi cukup cerah, tidak ada guyuran hujan di wilayah yang berada di barat gunung merapi ini.
Pascaletusan yang terjadi dini hari tersebut, sejumlah warga desa di lereng Merapi masih berjaga-jaga.

Sebelumnya, Gunung Merapi kembali meletus disertai dengan awan panas, pada Sabtu dinihari, sekitar pukul 00.55 WIB.
Berdasarkan pantauan di lapangan, dari jarak sekitar 14 Km terdengar suara ledakan dari puncak gunung dengan ketinggian 2.968 meter di atas permukaan air laut yang saat itu langit gelap gulita.
Dari jauh, terlihat cahaya seperti kilat keluar dari puncak gunung yang meletus pertama Selasa pekan ini.
Saat terjadi letusan juga disertai semburan berwarna merah seperti kembang api selama beberapa saat, serta suara ledakan, disusul suara gemuruh yang diduga luncuran lava dari puncak Merapi.
(.M029*I021/K004)

Distribusi Bantuan Mentawai Dipercepat, Gelombang Besar Akan Terjadi

Padang (ANTARA News) - Pendistribusian bantuan bagi korban yang dilanda gempa dan Tsunami di Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat, dipercepat karena Gelombang besar akan terjadi di perairan Mentawai.
"Informasi yang diperoleh BMKG kepada BPBD Sumbar, akan terjadi gelombang besar diperairan Mentawai, untuk itulah kita mempercepat pendistribusian bantuan bagi koban gempa dan Tsunami," kata Kabid. Penanggulang Bencana BPBD Sumbar, Ade Edwar, di Padang, Jumat (29/10).
Menurutnya, tiga hari ke depan, mulai 30 Oktober hingga 1 November 2010, tinggi gelombang laut mencapai 6 meter
"Tinggi gelombang laut di perairan Mentawai mencapai 6 meter, akan menjadi kendala dalam memberikan bantuan," katanya.
Dia menambahkan, penyaluran bantuan bagi korban gempa dan Tsunami di Kabupaten Mentawai terkendala dengan menggunakan kapal laut.
"Jadi, untuk mengatasi hal tersebut, tim penyalur bantuan akan mencoba menyalurkan lewat udara," katanya.

Prediksi BMKG juga menyebutkan, akan terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan gelombang laut mencapai empat hingga lima meter.
Dia mengatakan, kondisi cuaca buruk berdasarkan informasi BMKG, berdampak dari perubahan iklim yang ekstrim terjadi di tanah air.
"Kondisi cuaca buruk itu membahayakan bagi pelayaran ke Pulau Pagai terutama dalam rangka pelaksanaan tanggap darurat pascagempa dan Tsunami," katanya.
Dia menambahkan, pengiriman bantuan melalui udara dengan helikopter juga akan dialihkan ke daerah lain yang lebih dekat dengan Pulau Pagai seperti Muko-Muko, Bengkulu.
"Penerbangan helikopter dari Muko-Muko ke Pulau Pagai sekitar 30 menit, sedangkan dari Padang sekitar 1 jam 30 menit," katanya.

Berdasarkan data BPBD Sumbar, korban tewas akibat gempa dan tsunami di Mentawai yang berhasil ditemukan Tim SAR mencapai 413 orang. Diperkirakan 303 warga masih belum ditemukan, korban luka berat tercatat 207 orang dan luka ringan 142 orang.
Jumlah rumah warga yang rusak berat dan yang hilang diseret tsunami terdata sebanyak 517 unit (ANT-031/K004)

1.259 Relawan Mentawai Telah Diberangkatkan Melalui Padang

Padang (ANTARA News) - Sebanyak 1.259 relawan telah diberangkatkan melalui Kota Padang sejak tanggal 26 - 29 Oktober untuk membantu evakuasi korban gempa dan tsunami di Kabupaten Mentawai, Provinsi Sumatera Barat.

Kepala Adpel II Teluk Bayur, Purnama Meliala, Jumat, mengatakan, mereka diberangkatkan dari Pelabuhan Teluk Bayur dan Pelabuhan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang dengan menggunakan empat kapal berbeda.

Kapal Navigasi KM Muci mengangkut 384 relawan dan betolak Selasa (26/10). Kapal KM Bahtera Jaya mengangkut 131 relawan, berangkat Rabu (27/10).

Kapal KM Kimbalun dari Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP), mengakut 280 relawan, berangkat Kamis (28/10), serta kapal dari PT Pelni, KM Bolabor yang mengangkut 500 relawan, berangkat Jumat (29/10).


26 Relawan dari PMI


Dari 1.259 relawan yang dikirim, 26 orang di antaranya relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Sumbar. Di Mentawai, mereka bertugas mengevakuasi korban, membantu pengobatan dan membantu penyaluran bantuan kepada masyarakat.

"Kita sampai saat ini telah mengirimkan sebanyak 26 relawan ke Mentawai. Pada kapal pertama 10 relawan, kapal kedua 10 relawan dan kemarin enam orang relawan," kata Ketua Umum PMI Sumbar, Marlis Rahman, Jumat.

Selain 26 orang relawan tersebut, PMI Sumbar juga telah mengirimkan dua orang dokter umum.

Gempa 7,2 SR diikuti tsunami melanda Kabupaten Kepulauan Mentawai dan sejumlah wilayah lainnya di Sumbar pada Senin (25/10) malam.

Data Jumat malam dari Posko Tanggap Darurat Bencana di Kecamatan Sikakap, mencatat korban meninggal ditemukan 413 orang.

Selain itu, yang masih dinyatakan hilang 303 orang, luka berat sebanyak 270 orang dan luka ringan 142 orang. (ANT-264/K004)

Warga Selo Selamatkan Diri ke Gunung Merbabu

Boyolali (ANTARA News) - Warga Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu dini hari, sekitar pukul 00.45 WIB melarikan diri ke Merbabu, akibat Gunung Merapi menyemburkan awan panas susulan secara eksplosif.

Menurut Warga di Dukuh Jurangjero, Desa Jrakah, Kecamatan Selo, yang jaraknya sekitar tujuh kilometer dari puncak banyak yang melarikan diri meninggalkan kampung mengungsi ke arah Merbabu.

Kepala Desa Jrakah Tumar, saat dihubungi melalui telepon selulernya, berterikan-teriak minta tolong, karena semburan awan panas Merapi terjadi sangat keras dan kelihatan sehingga warganya mengungsi ke arah Gunung Merbabu di sisi utara.

Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi di Desa Jrakah, Tri Mujianto, saat dihubungi mengatakan, saya bersama warga melarikan diri ke gunung Merbabu sekitar empat kilometer dari pos.

Merapi menyemburkan awan panas ke segala arah secara eksplosif, sehingga pihaknya bersama warga meninggalkan kampung menuju Merbabu.

"Kami sedang beristirahat bersama warga setelah lari menuju Merbabu atau di radius sekitar 10 kilomter dari puncak. Titik api kelihatan besar sekali. Pos Jrakah saat ini kosong saya tinggalkan untuk menyelamatkan diri," kata Tri Mujianto.

Hal sama terjadi juga di tempat pengungsian sementara di balaidesa Sangup, Kecamatan Musuk, juga dievakuasi ke tempat yang aman.

Menurut Setiyono sesepuh warga setempat, pengungsi di Dukuh Sungup kini diungsikan ke Desa Sumur, Desa Jemowo, dan Karangayar.

"Letusan terdengar keras sekali juga menuju ke Selo, sehingga warga banyak yang diungsikan," kata Setiyono. (ANT/K004)

Merapi Kembali Meletus

Sabtu, 30 Oktober 2010 01:39 WIB
Magelang (ANTARA News) - Gunung Merapi yang berada di perbatasan provinsi Jawa Tengah dengan DI Yogyakarta, Sabtu dini hari skeitar pukul 00.55 WIB kembali meletus.

ANTARA di lokasi kejadian menyebutkan, dari jarak sekitar 14 kilometer terdengar suara ledakan dari puncak gunung yang berada pada ketinggian 2.968 meter di atas permukaan air laut setelah itu langit terlihat gelap gulita.

Namun setelah itu terlihat cahaya seperti kilat keluar dari puncak gunung tersebut. Sementara itu warga beberapa desa seperti Sengi, Argomulyo, dan lain lainnya yang berada di lereng Merapi terlihat turun menuju ke tempat-tempat yang aman. (M029*H015/K004)

Thursday, October 28, 2010

Sholat Ghaib


Sejumlah siswa SD melakukan sholat ghaib di Masjid Sabilillah, Malang, Jawa Timur, Kamis (28/10). Aksi yang diikuti sekitar 200 siswa SD tersebut untuk mendoakan arwah korban bencana Gunung Merapi dan tsunami Mentawai.
(Foto ANTARA/Ari Bowo Sucipto)Disiarkan: Kamis, 28 Oktober 2010 12:57 WIB

Korban Tsunami Mentawai Sudah 347 Orang

Liputan6.com, Mentawai: Data Posko Darurat Penanganan Bencana di Kecamatan Sikakap, mencatat jumlah korban bencana gempa dan tsunami Mentawai, terus bertambah dan sampai Kamis pukul 17.00 WIB sudah mencapai 347 orang dan masih dinyatakan hilang 332 orang.

Sementara rumah masyarakat yang rusak berat tercatat 436 unit, rusak 190 unit, dan sarana pendidikan SD empat unit, SMA satu unit, data yang dihimpun, Kamis (28/10). Sedangkan fasilitas umum, berupa rumah dinas sebanyak enam unit, rumah ibadah enam unit, jembatan lima unit, resort dua lokasi dan kapal pesiar satu unit.

Pencarian terhadap korban hingga Kamis malam masih dilanjutkan pencarian tim gabungan dengan menelusuri perairan di kawasan desa-desa yang terkena dampak bencana tsunami. Korban yang mengalami luka-luka dari sejumlah desa sudah dievakuasi ke pengungsian di Sikakap untuk mendapatkan pertolongan pengobatan.

Sedangkan korban yang berada dipengusian sudah mulai dilakukan distribusi bantuan oleh tim gabungan, bahkan sudah ada tim gabungan yang membangun tenda darurat, seperti di perkampungan penduduk Purou-rougat. Perkampungan Purou-rougat, merupakan satu daerah terparah yang terkena dampak bencana gempa dan hantamban gelombang tsunami.

Untuk mencapai ke lokasi perkampungan itu, harus melalui jalur laut dengan menggunakan speed boat yang menghabiskan satu jam. Sejumlah kapal-kapal pengangkut bantuan logistik dari Pelabuhan Teluk Bayur, sudah merapat di Sikakap, posko utama tanggap darurat.

Bantuan dari Padang ada yang didistribusikan melalui jalur udara dengan pesawat hercules milik TNI Angkatan Udara ke titik terkena dampak tsunami. Pada hari ketiga pascagempa dan tsunami, warga Mentawai masih banyak yang memilih untuk bertahan di pengungsian, meskipun sebagai sudah ada yang dievakuasi.(Ant/AYB)
Kondisi Mentawai

Pantai Pagai




Pandangan udara sebuah desa yang hancur dua hari setelah tsunami menghantam Pulau Pagai, Kepulauan Mentawai, Sumbar, Rabu (27/10). Badan Penangulangan Bencana Daerah Sumbar menyebutkan korban tewas 282 orang sedangkan jumlah warga dilaporkan hilang 411 orang, korban luka berat tercatat 77 orang dan luka ringan 25 orang. (FOTO ANTARA/Setwapres-arif)Disiarkan: Kamis, 28 Oktober 2010 06:34 WIB

Korban Tsunami

Sejumlah korban tsunami yang selamat akibat gempa 7,2 di Pagai Selatan, Kecamatan Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumbar, dirawat di Gereja GKPM, pusat kecamatan Sikakap, Rabu (27/10). Sebanyak 77 warga yang selamat dari tsunami dirawat di dua lokasi teraman di Sikakap, sedangkan ratusan korban yang tewas jasadnya masih berada di lokasi kejadian, sebagian lagi sudah dikuburkan. (FOTO ANTARA/Iggoy el Fitra)
Disiarkan: Kamis, 28 Oktober 2010 12:54 WIB






Magma Belum Keluar
Puncak Merapi pada pagi hari diabadikan dari Sidorejo, Kemalang, Klaten, Jateng, Kamis (28/10). Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menyatakan hingga saat ini kubah lava baru Merapi belum terbentuk yang menandakan magma belum keluar, sehingga masih dianggap sebagai ancaman. (FOTO ANTARA/Andika Betha).
Disiarkan: Kamis, 28 Oktober 2010 14:24 WIB
Bersihkan Abu Vulkanik
Pekerja membersihkan stupa candi Borobudur akibat abu vulkanik erupsi Gunung Merapi di Borobudur, Magelang, Jateng, Rabu (27/10). Untuk sementara waktu candi Borobudur ditutup untuk wisatawan selama proses pembersihan permukaan candi Borobudur yang diselimuti abu vulkanik. (FOTO ANTARA/Anis Efizudin).
Disiarkan: Kamis, 28 Oktober 2010 11:43 WIB

Abu Vulkanik Merapi
Kendaraan melintas di jalan raya Yogya-Magelang yang diselimuti abu vulkanik akibat letusan Gunung Merapi, di Muntilan, Magelang, Jateng, Rabu (27/10). Letusan Gunung Merapi yang terjadi Selasa (26/10) sore menyemburkan awan panas disertai abu vulkanik hingga 50 kilometer, selain mengganggu pengendara mobil maupun sepeda motor karena jarak pandang hanya 10-15 meter abu vulkanik juga menggangu pernafasan. (FOTO ANTARA/Anis Efizudin)
Disiarkan: Kamis, 28 Oktober 2010 12:52 WIB

Lava Pijar Merapi Muncul



Kamis, 28 Oktober 2010 20:24 WIB
Yogyakarta (ANTARA) - Lava pijar Gunung Merapi muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB. "Pada pukul 19.54 WIB, muncul awan panas yang cukup besar mengarah ke selatan, dan hampir bersamaan muncul pula lava pijar," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Surono di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, munculnya lava pijar tersebut sudah menunjukkan erupsi khas Merapi dan diharapkan aktivitas gunung api tersebut mulai menurun.

Namun demikian, Surono mengatakan untuk saat ini status Gunung Merapi masih tetap dinyatakan "awas" dan masyarakat diminta untuk tetap berada di jarak aman yaitu dalam radius 10 kilometer (km) dari puncak.

Pada pukul 16.13 WIB, Merapi juga telah memuntahkan awan panas dengan volume kecil mengarah ke Kali Gendol dan berjarak luncur sekitar 3,5 km. (*)

(E013/Z003/R009)

Letusan Merapi dan Tsunami Mentawai Berkaitan?




Asap solfatara disertai guguran material Gunung Merapi terlihat dari Kaliadem, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Selasa (26/10). (ANTARA/ Wahyu Putro A)

Kamis, 28 Oktober 2010 07:35 WIB

Jakarta (ANTARA News) - Gelombang tsunami di Mentawai dan meletusnya Gunung Merapi kemungkinan berkaitan satu sama lain, tulis Richard A. Lovett dari National Geographic News, mengutip sejumlah ilmuwan, Kamis.

Gelombang tsunami itu dipicu oleh gempa bumi berkekuatan 7,7 Skala Richter yang terjadi pada Senin pukul 9.42 WIB, di pulau paling barat Sumatera. Tsunami dan gempa tersebut menewaskan lebih dari 300 orang.

Beberapa jam kemudian gunung berapi Merapi setinggi 3.000 meter di Yogyakarta, memuntahkan abu panas ke angkasa dan menewaskan setidaknya 30 orang yang tinggal di kaki gunung itu.

Gunung api teraktif di Indonesia, demikian Richard Lovett, meningkat aktivitas energinya dalam beberapa hari terakhir.

Namun waktu letusan utamanya muntah hanya beberapa jam setelah gempa bumi Mentawai membangkitkan pertanyaan apakah guncangan di perut bumi telah memicu letusan, kendati episentrum gempa berada 1.300 km dari Merapi.

"Bisa saja terjadi letusan gunung berapi berkaitan dengan perubahan tekanan akibat gempa bumi atau dipicu oleh gelombang seismik. Namun dokumentasi mengenai hal ini belum pasti," kata Chris Goldfinger, pakar geologi laut dari Universitas Oregon State, dalam emailnya.

Contoh-contoh yang telah diketahui, katanya, termasuk perubahan dalam aktivitas geotermal di Taman Nasional Yellowstone pada 2002 menyusul gempa bumi 7,9 SR di Alaska, dan letusan gunung Andes pada 1960 setelah dipicu gempa bumi berkekuatan 9,5 SR di Chile.

Sementara itu para pakar memperkirakan dua bencana yang terjadi bersahutan itu memang berkoinsiden di dalam negara yang memiliki kegempaan paling di dunia itu.

Indonesia, sebut National Geographic, berada di Cincin Api Pasifik, dan 17.500 pulau-pulaunya hidup dalam ancaman (guncangan) tektonik.

Misalnya, di pulau Merapi berada, yaitu Pulau Jawa, lebih dari 30 gunung berapi mengancam lebih dari 120 juta orang penduduknya.

Gempa lambat?

Sementara itu, para pakar mencatat bahwa gelombang tsunami yang terjadi pekan ini di luar dugaan karena tergolong besar untuk ukuran gempa yang menyertainya.

Gempa 7,7 SR yang memicu tsunami Mentawai itu terjadi di zona patahan yang sama dengan gempa 9,0 SR yang memicu tsunami dahsyat di Samudera India (termasuk Aceh) pada 2004.

Kendati gempa Senin itu tidak sekuat gempa 2004, namun tsunami yang diakibatkannya dapat menciptakan gelombang setinggi tiga meter dan melabrak pulau-pulau terdekat ke pusat gempa, bahkan di beberapa tempat tinggi gelombang tsunami bisa mencapai 6 meter.

Costas Synolakis, Direktur Pusat Riset Tsunami pada Universitas Southern California, menyebut peristiwa ini sebagai gempa bumi tsunami. Synolakis mengutip ini dari penaksiran ahli geofisika Emile Okal dari Universitas Northwestern.

Kendati banyak jenis gempa bisa memicu tsunami, gempa bumi tsunami adalah kasus yang unik.

Pada tipe gempa seperti ini, pergeseran lempeng tektonik biasanya berlangsung lambat, terjadi pada periode yang lebih panjang dari yang diperkirakan, didasarkan pada intensitas geseran seismik, kata Synolakis dalam emailnya.

"Alasan mengapa gempa tsunami berjalan lambat, tidak jelas," kata Synolakis.

"Hipotesisnya adalah itu terjadi karena bebatuan yang patah atau bergerigi yang memperlambat peretakan. Kami tidak tahu, tapi kami tahu bahwa batuan itu memicu tsunami yang lebih besar," imbuhnya.

Gempa tsunami Senin itu adalah tsunami pertama yang diakibatkan gempa bumi rendah yang tercatat oleh tsunamograf yang bisa memberikan data berharga untuk menjelaskan misteri gempa bumi tsunami. (*)

national geographic news/jafar

Tentang Merapi

Rabu, 27 Oktober 2010 01:42 WIB
Jakarta (ANTARA News) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Selasa (26/10) menyatakan Gunung Merapi meletus sejak pukul 17.02 WIB dengan mengeluarkan awan panas.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi, Kementerian Sumber Daya Mineral di Kantor BPPTK, Surono mengungkapkan, letusan ditandai dengan suara gemuruh pada pukul 18.45 WIB dengan dentuman sebanyak tiga kali.

Menurut Surono, dari pos pengamatan di kawasan Selo, nyala api bersama kolom asap membubung ke atas setinggi 1,5 kilometer dari puncak gunung.

Energi letusan Merapi kali ini cukup besar jika dibandingkan dengan kejadian serupa di tahun sebelumnya seperti tahun 2006.

Merapi adalah nama sebuah gunung berapi di provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta, Indonesia yang masih sangat aktif hingga saat ini. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.

Letaknya cukup dekat dengan Kota Yogyakarta dan masih terdapat desa-desa di lerengnya sampai ketinggian 1700 meter. Bagi masyarakat sekitar, Merapi membawa berkah material pasir, sedangkan bagi pemerintah daerah, Gunung Merapi menjadi obyek wisata bagi para wisatawan. Kini Merapi termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Merapi.

Seperti dikutip dari Wikipedia, Gunung Merapi adalah yang termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau Jawa.

Gunung ini terletak di zona subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia terus bergerak ke bawah Lempeng Eurasia. Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.

Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930.

Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus berpindah ke Jawa Timur. Letusannya di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang.

Letusan pada November 1994 menyebabkan hembusan awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban puluhan jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa.

Catatan letusan terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus.

Pada 8 Juni 2006, pukul 09:30 WIB meletus dengan semburan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman.

26 Oktober 2010, Gunung Merapi memasuki tahap erupsi. Letusan diiringi keluarnya awan panas setinggi 1,5 meter yang mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo. Letusan ini menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km.
(R017/A038)

Merapi Meletus


Selasa, 26 Oktober 2010 18:33 WIB

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementrian ESDM, Surono di kantor BPPTK Yogyakarta. (ANTARA/Regina Safri)
Yogyakarta (ANTARA News) - Gunung berapi aktif di Indonesia Merapi petang ini meletus dengan mengeluarkan awan panas yang tercatat sejak pukul 17.02 WIB.

"Sejak 17.02 WIB hingga 17.34 WIB terjadi empat kali awan panas dan sampai sekarang awan panas terus muncul susul menyusul tidak berhenti," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Surono di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, munculnya awan panas tersebut menjadi tanda sebagai erupsi Gunung Merapi.

Awan panas pertama yang muncul pada pukul 17.02 WIB tersebut mengarah ke barat, namun awan panas berikutnya tidak dapat terpantau dengan baik karena kondisi cuaca di puncak Merapi cukup gelap dan hujan.

Sirine bahaya di Kaliurang Sleman berbunyi pada pukul 17.57 WIB, dan pada pukul 18.05 WIB Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menarik semua petugas dari pos pengamatan.

"Pada 2006, awan panas terjadi selama tujuh menit, namun pada tahun ini awan panas sudah terjadi lebih dari 20 menit," katanya.

Lamanya awan panas tersebut, lanjut dia, menunjukkan energi yang cukup besar.

Pada pukul 18.00 WIB terdengar letusan sebanyak tiga kali yang terdengar dari pos Jrakah dan pos Selo yang disusul dengan asap membumbung setinggi 1,5 kilometer mengarah ke selatan.

"Tipe letusan Merapi sudah dipastikan eksplosif," katanya. (E013/K004)

Status Merapi Jadi Awas



Senin, 25 Oktober 2010 08:33 WIB
Yogyakarta (ANTARA News) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta memutuskan untuk menaikkan status Merapi dari Siaga ke Awas pada Senin.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta telah mengirimkan surat pemberitahuan secara resmi tentang peningkatan status gunung api aktif tersebut ke sejumlah pemerintah daerah di sekitar Gunung Merapi.

Berdasarkan surat yang diterima Pemerintah Kabupaten Sleman, BPPTK menyatakan bahwa Gunung Merapi dinaikkan statusnya menjadi Awas sejak pukul 06.00 WIB.

Atas peningkatan status tersebut, maka masyarakat yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III harus mengungsi ke daerah yang aman.

Kepala BPPTK Yogyakart Subandriyo mengatakan, masyarakat yang berada di kawasan tersebut harus mengungsi saat status gunung sudah mencapai level IV atau Awas.

Jumlah penduduk yang tinggal di kawasan tersebut diperkirakan mencapai sekitar 40.000 jiwa yang tersebar di Kabupatan Sleman, Kabupatan Klaten, Kabupatan Magelang dan Kabupatan Boyolali.

Peningkatan status Gunung Merapi tersebut dilakukan dengan berbagai pertimbangan, di antaranya peningkatan deformasi gunung yang telah mencapai 42 centimeter (cm) per hari dengan gempa multiphase yang mencapai sekitar 500 kali.

Data pada Minggu (24/10) hingga pukul 12.00 WIB aktivitas seismik Gunung Merapi menunjukkan adanya 90 kali guguran, gempa multiphase (MP) 290 kali, gempa vulkanik dalam tiga kali, dan gempa vulkanik dangkal 36 kali.

Di Kabupaten Sleman, evakuasi terhadap masyarakat yang tinggal di KRB III mulai dilakukan sejak pukul 07.00 WIB.

Bupati Sleman Sri Purnomo meminta warganya untuk bersedia mengungsi ke tempat yang aman, dan terus meningkatkan kewaspadaan.
(E013/A024)

Surono: Ada Kemungkinan Letusan Gunung Merapi Eksplosif



Jumat, 22 Oktober 2010 23:45 WIB
Yogyakarta (ANTARA News) - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono menyatakan ada kemungkinan letusan Gunung Merapi kali ini berupa eksplosif dan menyebar ke segala arah.

"Memang selama ini kecenderungan Gunung Merapi adalah membentuk kubah dan setelah itu kubah terbawa bersama dengan semburan awan panas, tetapi dari catatan sejarah pernah pula terjadi letusan eksplosif dan tidak membentuk kubah terlebih dulu," kata Surono di Yogyakarta, Jumat malam.

Ditemui di sela pembukaan "Merapi Volcano Expo 2010" di Kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyarkarta, ia mengatakan, pada 1930 dan 1931 letusan Gunung Merapi berupa eksplosif dan radius letusan bisa mencapai lebih dari 15 kilometer.

"Bahkan untuk hujan abu dalam letusan eksplosif tersebut mencapai Madura dan Malang Jawa Timur," katanya.

Ia mengatakan, saat ini pola aktivitas Gunung Merapi memang berbeda dengan pola erupsi 2006 baik dari sisi kegempaan vulkanik yang demikian kuat maupun dari sisi penggelembungan badan gunung yang juga sangat cepat.

"Pola saat ini memang ada kemiripan dengan letusan 1931 yakni peningkatan aktivitas berlangsung cepat dan kekuatan gempa vulkanik lebih besar," katanya.

Surono mengatakan, namun ini hanya merupakan perkiraan skenario karena apa yang akan terjadi dengan letusan Gunung Merapi tidak ada yang dapat memperkirakan, termasuk waktu dan jumlah materialnya.

"Sebagai contoh letusan Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur pada 2007, saat itu kegempaan sedemikian kuat dan besar mirip seperti letusan pada 1990 yang eksplosif mencapai radius 10 kilometer. Setelah dalam radius 10 kilometer kami lakukan pengamanan ternyata pada 2007 letusan hanya kecil sekali dan hanya membentuk kubah saja," katanya.

Ia mengatakan, apakah Gunung Merapi akan segera meletus dalam waktu dekat ini pihaknya tidak dapat memastikan.

"Yang jelas Merapi tidak akan pernah ingkar janji, setelah peningkatan aktivitas ini biasanya diakhiri dengan letusan yang dapat berbentuk guguran kubah dan awan panas atau letusan eksplosif, semua itu hanya Merapi yang tahu," katanya. (*)

(U.V001/R010/R009)

Guguran Lava Merapi Meningkat


Aktivitas Puncak Gunung Merapi diabadikan dari Kaliurang, Sleman, Yogyakarta, Senin (11/10). (ANTARA/ Wahyu Putro A)




Sabtu, 16 Oktober 2010 15:31 WIB
Magelang (ANTARA News) - Aktivitas Gunung Merapi cenderung meningkat sejak statusnya dinyatakan waspada pada 23 September 2010, pada Jumat (15/10) guguran lava mencapai 30 kali atau mengalami peningkatan dari Kamis (14/10) sebanyak 21 kali.

Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi Babatan, Ismail, di Magelang, Sabtu mengatakan, selain itu juga terjadi peningkatan gempa multiphase dari 146 kali menjadi 246 kali.

Gempa vulkanik dalam dari 10 kali menjadi enam kali, sedangkan gempa vulkanik dangkal dari 10 kali menjadi 24 kali. Pada hari Jumat terjadi gempa tektonik sekali, sedangkan sehari sebelumnya tidak terjadi gempa tektonik.

Ia mengatakan pada Jumat tinggi asap mencapai 400 meter pada pukul 05.45 WIB ke arah barat laut.

"Meskipun ada peningkatan aktivitas, kini statusnya masih waspada," katanya.

Ia mengatakan, berdasarkan instrumen peralatan yang ada memang ada peningkatan aktivitas Merapi, tetapi secara visual belum tampak.

"Secara visual, pengamatan dari Pos Babatan ini peningkatan aktivitas Merapi belum tampak, baik untuk gempa vulkanik, multiphase, maupun guguran," katanya.

Peningkatan aktivitas gunung berapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dengan Daerah Istimewa Yogyakarta ini tidak mempengaruhi aktivitas warga yang tinggal di lereng gunung tersebut.

Para petani masih terlihat beraktivitas di ladangnya dan kegiatan penambangan pasir juga masih berlangsung.

Fase erupsi terakhir Gunung Merapi terjadi pada pertengahan 2006 ditandai dengan semburan awan panas secara intensif, luncuran lava pijar, dan hujan abu.

Berdasarkan pantauan di wilayah Kabupaten Magelang, beberapa jalur evakuasi yang mengalami kerusakan hingga saat ini belum diperbaiki oleh pemkab setempat, antara lain di jalur Mangunsuko-Krinjing kerusakan jalan sekitar tiga kilometer dan jalur Keningar-Sumber sekitar lima hingga enam kilometer.

(H018/Z003/S026)