Pages

Tuesday, April 27, 2010

VARIETAS SAWIT D x P PPKS 239, HIGH CPO, HIGH PKO

Adakah varietas yang menjadikan petani, swasta kaya raya? Ada.!!! yang sesaat lagi sudah bisa Anda dapatkan.

D x P PPKS 239 adalah varietas PPKS yang sangat sensasional. Pasalnya seluruh indikator performan sangat baik, mulai dari produktivitas hingga kandungan CPO (Crude Palm Oil) dan PKO(Palm Kernel Oil).

Bayangkan saja dalam TM 4-6 tahun varietas ini sudah bisa mendapatkan produksi hingga 30,5 ton/ha, melejit 32,6 ton/ha pada masa tanaman tahun 6 -9. Tanaman sudah mulai berbuah umur 2 tahun dengan potensi hasil mencapai 10 ton/ha/tahun. Data ini diperoleh dari hasil penanaman pada kebun yang perawatannya medium (tidak terlalu baik juga tidak terlalu buruk). Bisa dibayangkan jika varietas ini ditanam di perkebunan dengan perawatan intensif.

Namun Anda akan semakin terkejut setelah melihat hasil produksi CPO dan PKO nya. Varietas ini dirakit bertujuan tidak hanya untuk mendapakan CPO yang tinggi juga PKO. Pasalnya PKO memiliki harga yang lebih tinggi di pasaran. Hebatnya varietas ini bisa menghasilkan Mampu produksi CPO hingga 8,4 ton/ha/tahun dan PKO hingga 0,7 – 1 ton/ha/tahun

Sehingga varietas ini cukup menguntungkan bagi industri pengolahan TBS karena produksi minyaknya cukup tinggi. Disamping itu ketebalan cangkan juga lebih besar dari varietas D x P PPKS 540 yang sudah dikenal penghasil CPO yang cukup tinggi, yang kemudian digunakan sebagai bahan bakar di pabrik.

Hal yang cukup unik lainnya dari varietas ini, pada karnelnya ada yang memiliki 2 atau tiga ruang (lihat gambar di bawah). Menariknya masing-masing ruang memiliki embrio tersendiri atau dapat menumbuhkan tunas tersendiri. Barangkali ini adalah salah satu keanehan yang tidak dijumpai pada varietas lainnya yang ada di Indonesia.



Untuk penanaman, varietas ini diajurkan ditanam dengan kerapatan 136 pohon per ha. Mengenai ketahanan terhadap organisme dan cekapan lingkungan, selama pengujian di lapanga yang dilakukan oleh PPKS ternyata tidak ditemui outbreak serangan hama dan penyakit. Serta tidak ditemukan gejala kerusakan akibat cekaman lingkungan.

D x P PPKS 239, merupakan varietas unggul teranyar dari PPKS dan disebuat generasi kedua. Varietas ini baru saja dinyatakan lulus pada sidang pelepasan varietas pada 23 April 2010 yang lalu. Rencananya akan mulai dipasarkan pada pertengahan tahun 2011 dengan target produksi 1.000.000 kecambah.

Benih ini dapat dipesan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan, mengikuti ketentuan pemesanan yang berlalu. Ingin bangun kebun? Masa sih tidak tergona mencoba varietas sensional ini?

KERUGIAN AKIBAT MENGGUNAKAN BENIH SAWIT ASALAN

Penggunaan benih sawit asalan yang tidak berasal dari sumber benih dipastikan akan merugikan petani. Hal ini sudah dibuktikan berbagai berita di media massa yang mengekspos kisah naas pekebun sawit yang mengalami kerugiaan besar akibat menggunakan benih palsu. Oleh sebab itu tidak ada alasan untuk mencoba membeli benih oplosan

Secara faktual dampak negatif dari penggunaan benih sawit asalan antara lain

Berbuah Lambat
Pohon kelapa sawit yang berasal dari kecambah yang tidak murni berbuah agak lambat (+ 48 bulan), sedangkan kelapa sawit unggul umumnya 36 bulan sudah berbuah. Bahkan di beberapa daerah, perkebunan sawit yang menggunakan benih asalan belum juga berbuah meskipun sudah ditanam lebih dari 6 tahun.
Produksi Rendah

Produksi TBS lebih rendah dari produksi normal, sebagai akibat terdapatnya pohon Dura 25 % dan Psifera 25%. Produktivitas TBS (Ton/Ha) kelapa sawit tidak murni di bawah normal (< 20 Ton TBS) dan cenderung terus menurun. Sedangkan pada benih unggul produksi puncak di atas 20 Ton TBS dan produksi tersebut dapat stabil selama +10 tahun.

Berat tandan kelapa sawit unggul 8 – 20 tahun antara 15-22,5 Kg dengan jumlah tandan 10-15 tandan/pohon/tahun.

Proses Pengolahan Tidak Efisien
Proses pengolahan TBS dari benih sawit tidak murni menjadi tidak efisien akibat dari tinginya presentase buah dalam cangkang tebal (Dura), sedangkan pabrik pengolahan didesign untuk kulit cangkang tipis (Tenera). Ketidakefisienan ini disebabkan oleh karena beragamnya jenis buah dengan ketebalan mesocarp yang berbeda.

Ketebalan cangkang yang berbeda mengakibatkan pemanasan biji tidak merata dan hasil proses bantingan (cracker) tidak sempurna, dan pemasanan kernel dengan cangkang juga tidak sempurna. Rendemen CPO rendah di bawah 20% karena tercampurnya dengan buah Dura yang rendemennya rendah, yaitu 18 – 19,5 %

Kerugian Finansial dan Ekonomi
Tentu karena tingkat produktivitas rendah maka jumlah penerimaan penanaman kelapa sawit akan rendah ditambah lagi dengan tidak efisiennya pengolahan di pabrik, maka harga TBS akan di bawah normal.

Hal ini juga mengakibatkan kerugian waktu akibat dari terdeteksinya tanaman yang berasal dari kelapa sawit tidak murni setelah memasuki masa berbuah, maka penanaman kelapa sawit akan kehilangan waktu untuk mengatinya dengan tanaman unggul. Dan kesemua ini akan berakhir pada kerugiaan investasi.

Sumber: Dit. Perbenihan dan Sarana Produksi

Harga TBS Sawit Naik, Getah Karet Stabil

Selasa, 27 April 2010 17:36

Kecenderungan positif harga TBS kelapa sawi berlanjut. Pekan ini harganya kembali naik. Sementara getah karet harganya stabil.

Riauterkini-PEKANBARU- Hasil rapat penetapan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit Dinas Perkebunan Riau, Selasa (27/4/10) menetapkan kenaikan harga TBS kelapa sawit sebesar Rp 32,70 perkilogramnya, dibandingkan harga pekan sebelumnya.

“Pekan ini harga TBS kelapa sawit kembali naik, bahkan kenaikannya cukup signifikan dibandingkan pekan lalu, " ujar Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Dinas Perkebunan Riau Ferry HC kepada riauterkini di Pekanbaru, Selasa (27/4/10).

Dipaparkan Ferry, untuk harga TBS kelapa sawit dari bibit unggul dengan usia 3 tahun dihargai Rp 1.034,61 perkilogram, usia 4 tahun harganya Rp 1.156,04 perkilogram, usia 5 tahun Rp 1.237,34 perkilogram. TBS dari kelapa sawit usia 6 tahun Rp 1.273,11 kilogram, usia 7 tahun Rp 1.321,89 perkilogram, umur 8 tahun dihargai Rp 1.363,05 perkilogram, umur 9 tahun Rp 1.406,43 perkilogram dan usia 10 tahun harganya Rp 1.445,59 perkilogram.

Sementara harga getah karet di Riau pekan ini tidak mengalami perubahan. Berdasarkan informasi dari Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Provinsi Riau, pekan ini getah karet dengan kadar di atas 95 persen dihargai Rp 26.000 perkilogram sampai pintu pabrik.***(mad)