Pages

Sunday, November 11, 2007

Harga CPO Bakal Terkoreksi Tahun Depan

Nusa Dua-Harga crude palm oil (CPO) diperkirakan akan mengalami koreksi ke level US$ 600-700 per ton. Pasalnya, harga yang sekarang sudah terlampau tinggi sehingga menekan permintaan. “Tahun 2008 akan terjadi market correction karena harga sekarang sudah terlalu tinggi.
Hari ini saja (kemarin) sudah US$ 947 per ton di Rotterdam. Ini posisi tertinggi yang pernah ada,” ujar Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Akhmaluddin Hasibuan di sela-sela acara Indonesia Palm Oil Conference and Price Outlook 2008 yang diselenggarakan di Nusa Dua Bali, Kamis (8/11).
Akhmaluddin mengatakan, harga CPO yang sudah terlalu tinggi menekan demand atas komoditas tersebut. Oleh karena itu, lanjutnya, penurunan ekspor yang terjadi pada September yang lalu lebih disebabkan pembeli menekan konsumsi CPO, dan bukan karena faktor pungutan ekspor yang ditetapkan pemerintah. “Pungutan ekspor itu tidak signifikan. Jadi, mereka bergerak dengan stock pile yang ada,” jelas Akhmaluddin.
Selain terkoreksi akibat harga memang sudah terlampau tinggi, faktor lainnya adalah adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia karena tekanan harga minyak. Perlambatan tersebut turut berkontribusi pada terjadinya koreksi pasar.
Meski harga turun ke level US$ 600-700 per ton, namun tak akan berdampak buruk pada industri kelapa sawit Indonesia. “Harga US$ 700 itu sudah memberikan margin yang tinggi,” lanjutnya.
Dalam kesempatan itu, Akhmaluddin meminta pemerintah menerapkan pungutan ekspor yang berbeda antara hulu dan hilir. “Sekarang sebenarnya sudah berbeda antara CPO dan olein. Namun, pungutan untuk olein masih memberatkan ekspor,” katanya.
Ekonom Indef Bustanul Arifin meminta masyarakat industri kelapa sawit tidak melupakan peremajaan tanaman. Dengan demikian, kelangsungan industri dapat berkesinambungan. “Jangan hanya menggenjot ekstraksi karena harga tinggi, namun lupa peremajaan,” tegasnya seusai menjadi pembicara dalam acara seminar dan dialog tersebut, Rabu (7/11).
(esther fin harini)