Yogyakarta (ANTARA News) - Guguran awan panas mendominasi aktivitas Gunung Merapi pada Selasa yang menandakan bahwa gunung api aktif tersebut mulai melepaskan energinya dalam skala yang lebih kecil dibanding letusan-letusan sebelumnya.

"Pada pagi ini kembali ada awan panas, namun keluarnya awan panas tersebut tidak disertai dentuman yang menandakan bahwa energi yang dilepaskan lebih kecil dibanding energi pada letusan sebelumnya," kata Kepala Badan Geologi R Sukhyar di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, awan panas yang terjadi pada Selasa pagi sebanyak tiga kali mulai pukul 05.23 WIB tersebut adalah murni berasal dari magma yang runtuh.

Ia mengatakan, apabila kondisi tersebut berlangsung semakin sering, maka akan semakin baik karena Gunung Merapi terus melepaskan energinya dalam skala kecil dan bukan skala besar yang kemungkinan bisa menyebabkan erupsi eksplosif.

Awan panas guguran tersebut menuju ke Kali Gendol dengan jarak luncur mencapai tiga hingga empat kilometer (km) dan ketinggian asap mencapai sekitar 700 meter.

Berdasarkan laporan pengamatan di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, teramati titik api diam sekitar pukul 03.23 WIB dari Pos Kaliurang dan sinar api sekitar pukul 01.45 WIB dari Pos Ngepos.

Sementara itu, aktivitas seismik Gunung Merapi pada pukul 00.00 WIB hingga 06.00 WIB adalah 18 kali gempa multiphase, 24 kali guguran dan tiga kali awan panas, sedangkan gempa vulkanik dan low frequency tidak terjadi.

Badan Geologi masih menetapkan status Gunung Merapi dalam kondisi "awas" dan masyarakat tetap diminta berada di pengungsian, serta menjauhi radius 10 kilometer (km) dari puncak Gunung Merapi serta tidak melakukan kegiatan di badan-badan sungai.

Sukhyar memperkirakan, jumlah material hasil erupsi Gunung Merapi pada 26 Oktober dan 30 Oktober yang telah membongkar kubah lava 2006 mencapai sekitar 11 juta meter kubik.

Selain itu, untuk mengantisipasi meluasnya daerah yang terkena pengaruh awan panas, maka Badan Geologi akan selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah setempat.

Masyarakat juga diminta tidak panik dan terpengaruh dengan isu yang beredar mengatasnamakan instansi tertentu mengenai aktivitas Gunung Merapi dan tetap mengikuti arahan dari pemerintah daerah setempat.
(E013/B010)